Mohon tunggu...
yayan putra
yayan putra Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 6 SATAP SEKADAU HULU

Membuat puisi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Remah Remah Roti di Awal Maret

1 April 2024   09:16 Diperbarui: 1 April 2024   09:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Remah-remah roti  ... 

Sisa celupkan secangkir teh kelat... 

Tanpa gula jadi pemanis... 

Pada sebuah pondok yang dindingnya tinggal sebelah... 

Buatan seorang wanita yang pernah cantik pada waktunya... 

Menanti hujan yang tak reda... 

Di awal maret... 

Ketika ani-ani memotong padi... 

Dan bunga lalang memutih... 

Terdiam... 

Menikmati bunyian bulir hujan di atap daun... 

Serta kepakan burung yang terbang di antara pohon durian... 

Begitu damai... 

Seakan setengah surga berada di sana... 

Hilang semua... 

Rasa di antara gurun sahara dan antartika yang mengunung di otak... 

Terobati oleh suasana... 

Ternyata pedihku tidak sepedih cerita nya.... 

Tapi dia tetap tersenyum hangat... 

Sambil terus menatap musim yang tak bersahabat... 

Padahal nasib telah lama menjadi musuhnya... 

Takdir telah mencakar habis hidupnya... 

Tegar nya dikau... 

Hanya berkawan dengan remah-remah roti dan secangkir teh yang kelat... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun