Mohon tunggu...
Yayang Hidayat
Yayang Hidayat Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pejalan

"Pada Akhirnya Semua Akan Berakhir"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebetulan

19 September 2022   11:25 Diperbarui: 19 September 2022   11:29 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup kita dipenuhi kebetulan. Berbagai peristiwa terjadi tanpa diramalkan. Hal-hal tak terduga memberikan kejutan. Kita pun bertanya-tanya, apa makna suatu kejadian?

Pada level pribadi kebetulan terus terjadi. Yang kita perlukan hanyalah melihat dengan sedikit jeli. Seperti tiba-tiba hujan, tepat pada waktu kita sampai di tempat tujuan.  Atau tepat mendapatkan uang, ketika kita sedang amat membutuhkan.

Hal yang sama terjadi pada level sosial. Konon revolusi seringkali tidak direncanakan. Revolusi seringkali merupakan serangkaian kebetulan. Kita pun patut mempertanyakan akurasi teori-teori yang berusaha menjelaskan perubahan.

Kebetulan adalah suatu peristiwa yang sifatnya singular. Sifatnya unik dan tidak bisa diulang. Yang bisa dilakukan adalah menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan terciptanya kebetulan yang menguntungkan. Namun usaha ini pun tidak bisa memastikan, bahwa kebetulan yang diharapkan akan terjadi.

Machiavelli

Lebih dari 600 tahun yang lalu, Nicolo Machiavelli, seorang filsuf Italia, menulis buku The Prince.

Buku ini telah menjadi traktat politik legendaris yang dipelajari banyak orang. Pada salah satu bagian buku itu diterangkan, bagaimana orang bisa mencapai tujuannya. Faktor pertama yang menentukan keberhasilan adalah keutamaan.

Keutamaan adalah ketrampilan yang mendalam tentang suatu bidang. Keutamaan moral berarti orang memahami dan trampil dalam menjalankan nilai-nilai kebaikan dalam hidupnya, sambil menghindari yang buruk. Keutamaan seorang pedagang adalah keterampilan orang dalam melakukan transaksi, tepat janji, dan melakukan investasi. Dan keutamaan seorang guru adalah keterampilannya dalam mendampingi aspek intelektual maupun emosional anak didiknya.

Untuk bisa sampai pada kebetulan yang menguntungkan, orang perlu mempersiapkan diri. Ia tidak bisa diam berleha-leha. Ia perlu melatih diri, guna mendapatkan keberuntungan. Dapatlah dikatakan bahwa keutamaan adalah kondisi pertama yang memungkinkan orang bisa mengalami kebetulan yang menguntungkan.

Untuk bisa berhasil mewujudkan suatu tujuan, orang tidak hanya perlu keutamaan, namun juga keberuntungan. Faktor keberuntungan amat terkait dengan kebetulan. Seringkali tidak ada sebab nyata, mengapa kita beruntung. Namun orang tetap perlu selalu bersiap melatih diri dalam keutamaan, supaya ia mendapatkan kebetulan yang menguntungkan.

Maka jika dilihat dari filsafat Machiavelli, kebetulan selalu lahir dari kombinasi antara dua hal, keutamaan dan keberuntungan. Keduanya harus ada dan tidak bisa dipisahkan begitu saja. Orang tidak bisa mengharapkan keberuntungan, tanpa sebelumnya berlatih keras mencapai keutamaan. Namun berlatih dalam keutamaan tidak otomatis membawa orang pada kebetulan-kebetulan yang menguntungkan. Inilah ketidakpastian.

Zizek

Zizek merupakan salah seorang filsuf Eropa yang paling ternama sekarang ini tidak pernah melihat kebetulan semata sebagai kebetulan. Ia menempatkannya sebagai momen-momen kehidupan yang tak terhindarkan. Momen-momen itu ada, dan amat menentukan di dalam proses perkembangan seseorang.

Ada tiga momen yang dibahasnya. Momen pertama disebutnya sebagai yang imajiner. Momen ini disebut juga sebagai momen cermin. Di dalamnya orang melihat dirinya dari kaca mata orang lain.

Di dalam proses ini terbentuklah identitas individu. Momen kedua disebutnya sebagai yang simbolik.P ada momen ini orang dikepung tradisi dan struktur masyarakatnya. Struktur dan tradisi itu bisa berupa hukum, aturan, norma, dan bahkan agama. Semua ini adalah simbol-simbol yang menentukan kehidupan manusia.

Momen yang ketiga disebutnya yang nyata. Inilah ruang lahir dan terbentuknya kebetulan. Momen yang nyata mematahkan, dan bahkan menghancurkan, rutinitas dan segala bentuk kebiasaan. Bagaikan gempa di Jepang pada 2011 yang mengagetkan dunia, yang nyata (the real) membangunkan orang dari keterlenaan.

Kebetulan adalah peristiwa di dalam hidup manusia. Kebetulan memecah kebiasaan dan rutinitas. Kebetulan adalah yang nyata itu sendiri, kata Zizek. Ia tidak bisa dinanti, tetapi pasti datang, dan mengejutkan kita yang sedang tenggelam dalam rutinitas kehidupan.

Hegel

Hegel ialah seorang filsuf Jerman abad ke-17 yang memiliki pandangan menarik tentang kebetulan. Tentu saja ia tidak secara gamblang menyatakan teorinya tentang kebetulan. Namun kita bisa menarik beberapa konsekuensi logis dari pemikirannya.

Bagi Hegel, sejarah dunia adalah sejarah pergerakan roh absolut. Roh absolut mengasingkan dirinya di dalam sejarah manusia, dan kemudian berproses untuk sampai pada kesempurnaan. Di dalam proses itu, roh absolut menjalani momen-momen. Setiap momen merupakan suatu gerak dialektis, yang berarti roh absolut bergerak melalui pertentangan dan perlawanan.

Salah satu momen itu, menurut saya, adalah kebetulan. Kebetulan adalah momen ketika roh absolut mengalami pertentangan dengan dirinya sendiri dengan pola yang tidak biasa. Kebetulan adalah anomali gerak dari roh absolut. Di dalam kebetulan roh absolut mengalami kontradiksi di dalam dirinya sendiri, yang membuat dirinya menjadi tak terduga.

Hegel juga mengingatkan bahwa roh absolut tidaklah bergerak tanpa arah. Walaupun menjalani proses pertentangan dan kontradiksi, roh absolut terus berkembang ke arah kesempurnaan. Artinya kebetulan bukanlah peristiwa tanpa makna, melainkan memiliki tujuan. Kebetulan mengarahkan manusia di dalam proses yang tak terduga menuju kesempurnaan.

Heidegger

Pada awal abad kedua puluh, hiduplah salah seorang filsuf terbesar sepanjang sejarah. Namanya adalah Martin Heidegger. Ia hendak mengajukan pertanyaan tentang seluruh dasar berpikir manusia, yakni pertanyaan tentang “ada”. Ia melihat bahwa para filsuf sebelumnya tidak memikirkan secara mendalam soal “ada”. Bahkan ia menyebut masa sebelumnya sebagai masa “kelupaan akan ada”. “Ada” adalah apa yang esensial. Maka menurut Heidegger para filsuf sebelumnya lupa akan apa yang sungguh esensial. Di antara semua makhluk hidup, manusia adalah satu-satunya mahluk yang bisa menanyakan soal “ada”.

Hewan tidak bisa. Tumbuhan pun tidak bisa. Manusialah yang menyadari pentingnya bergulat dengan persoalan “ada”, dan mencoba untuk memahaminya.

Namun “ada” tidaklah bisa dipahami dengan analisis akal budi semata. Manusia tidak bisa secara aktif menangkapnya dengan kekuatan akal budi. Sebaliknya orang perlu diam, dan mendengarkan “ada” berbicara kepadanya. Orang perlu bersikap pasif dan membuka diri, supaya “ada” menjadi transparan di depan matanya.

Inilah sikap yang tepat di dalam menyingkapi kebetulan. Seperti orang tidak bisa menangkap “ada” dengan sikap aktif dan agresif, begitu pula orang tidak bisa menghayati kebetulan dengan sikap yang sama. Yang perlu dilakukannya hanyalah diam dan terbuka pada kebetulan yang secara niscaya terjadi di dalam hidupnya.

Dan seperti “ada” menyingkapkan dirinya kepada manusia, dan menyatakan kebenaran padanya, begitu pula kebetulan menyingkapkan diri pada manusia, dan menyatakan kebenaran baginya. Kebenaran yang mungkin tak selalu sesuai dengan yang diinginkan.

Kebetulan selalu melibatkan keutamaan dan keberuntungan. Kebetulan juga selalu melibatkan ketidakpastian yang selalu lolos dari genggaman ramalan manusia. Di dalam kehidupan kebetulan juga selalu tampil untuk mengganggu kepastian dan keseimbangan.

Kebetulan membongkar rutinitas. Namun kebetulan juga adalah suatu proses yang membawa manusia ke arah yang tak terduga: bisa lebih baik, atau lebih buruk, tergantung dilihat dari sudut mana.

Kebetulan mengajarkan sesuatu pada manusia, bahwa ia tidak bisa mengontrol semuanya. Ia hanya bisa terbuka pada berbagai peristiwa yang secara acak menata arah hidupnya. Hiduplah kebetulan. Politik adalah kebetulan. Revolusi adalah kebetulan. Jangan-jangan kita pun juga adalah kebetulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun