Mohon tunggu...
Yayang Dwi Sri Hartanti
Yayang Dwi Sri Hartanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas muhammadiyah surakarta

hallo semuanyaaaa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Kehidupan: Suratmi, Kemandirian dan Kejujuran dalam Berbisnis

23 Oktober 2024   11:40 Diperbarui: 23 Oktober 2024   11:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang suami dan istri yang tinggal di salah satu kecamatan di sukoharjo bernama suratmi dan mujiyono atau sering dikenal dengan mrajak. Suratmi merupakan seorang anak peremuan lulusan smp yang berasal dari kota medan sumatra, ia datang ke solo pada tahun 1990an diajak oleh om setelah lulus smp yang pada rencana awal suratmi akan disekolahkan oleh om, tetapi pada kenyataanya suratmi diajak bekerja oleh tante yang ke 2 untuk bekerja bersama.

Suratmi akhirnya ikut bekerja bersama tante di daerah sangkrah pasar kliwon, Surakarta. Ia bekerja sebagai pedagang ayam petelur /ayam merah. Suratmi bekerja dengan sebaik mungkin, selalu menjalankan setiap diberi perintah oleh tante, karena ia merasa sudah banyak dibantu oleh tante. Suratmi mengambil banyak sekali pelajaran dan pengalaman selama bekerja bersama tante. Setelah 5 Tahun, akhirnya suratmi memutuskan untuk menikah sesuai dengan rekomendasi atau perjodohan, ia menikah dengan salah satu pegawai ayam bernama mrajak.

Setelah suratmi menikah, ia pindah ke sukoharjo dan ikut tinggal bersama suami dan orangtua suami pada tahun 1996. Setelah itu pada tahun pertengahan 1997 suratmi memutuskan untuk berhenti membantu bekerja bersama tante dikarenakan hamil anak pertama. Setelah 7bulan usia anak pertama. Suratmi mulai berjulan ayam potong yang sudah dibubut, ia mengambil dagangan di solobaru dan menjual ke pasar delanggu selama 5-7 bulan. Setelah itu berhenti dan lanjut berjualan pakaian dan barang-barang kredit keliling desa dan ke pasar stasiun gawok 1,5 tahun.

Diakhir tahun 90an suratmi dan suami memutuskan untuk merintis berjualan ayam potong broiler yang masih hidup. Ia mengambil dagangan dari peternak langsung dan langsung menjualnya ke pedagang lain. Pada saat itu suratmi dan suami belum memiliki tempat untuk kandang ayamnya sehingga meminjam lahan pada tetangga di sebelah rumahnya. Setelah beberapa tahun akhirnya suratmi dan suami berhasil membeli sekotak tanah yang tepat dibelakang rumahnya yang dijadikan kandang ayam sampai saat ini.

Suratmi dan suami menjual ayam broiler di pasar unggas solo atau yang biasa disebut pasar silir. Sudah 20 Tahun suratmi dan suami berjualan ayam. Suratmi saat ini hanya memiliki 2 karyawan tetap dan sudah ikut bekerja belasan tahun. Pekerjaanya dimulai pada pagi hari setelah shubuh salah satu karyawan datang untuk menyiapkan ayam-ayam yang mau dibawa ke pasar. Kemudian di jam 05.30 berangkat ke pasar dan berjualan hingga pukul 11.30. Setelah pulang dari pasar kedua karyawanya mengambil dagangan ke peternak ayam di soloraya. Setelah pulang dari mengambil ayam, kemudian menyetorkan ke pedagang-pedagang lain yang sudah memesanya. Dan pekerjaan selesai di pukul 20.00 WIB. Dan berulang setiap hari.

Pada beberapa tahun setelah merintis, suratmi pun dapat mencapai pada masa kejayaanya. Suratmi mampu membeli apa saja yang di inginkan. Ia membeli sebuah mobil kijang lgx berwarna merah tahun 1997 yang menjadi saksi kejayaanya pada masa itu. Saat itu karyawan yang dimiliki 4-5 orang di hari-hari biasa, saat lebaran bisa mencapai 6-8 orang karyawan. Banyak tantangan lebih tentunya pada masa-masa itu. Banyaknya karyawan di hari-hari biasa saat berdagang tidak menjamin keamanan berdagangnya.

Tidak hanya sekali dua kali sejumlah karyawan pernah melakukan tindak kecurangan saat bekerja. Karyawan tersebut mengambil atau menyisihkan ayam saat pengambilan ayam dikandang maupun saat sedang berjualan di pasar untuk di jualnya sendiri dan mengantongi hasilnya sendiri. Banyak teman suratmi yang sudah mengetahui hal itu tetapi mereka tidak berani untuk melaporkan ke suratmi. Sampai pada titik dimana suratmi merasa mengalami kerugian yang cukup besar, dengan kondisi barang habis tetapi uang yang akan disetorkan ke pt tidak dapat mencukupi.

Setelah itu suratmi dan mrajak mulai menyelidiki bagaimana karyawan-karyawanya bekerja. Sampai akhirnya mendapat laporan bahwa sejumlah karyawanya melakukan ke curangan. Mrajak akhirnya mengeluarkan beberapa karyawan yang terlibat kasus tersebut. Tidak berselang lama setelah merekrut karyawan baru, kasus kecurangan itu terjadi lagi dan karyawan tersebut langsung di keluarkan. Ternyata suratmi masih sering dicurangi oleh karyawan-karyawanya setiap ada karyawan baru. Sampai akhirnya memutuskan untuk tidak merekrut karyawan lagi dan hanya mempercayai pada 2 karyawanya yang bekerja hingga saat ini. Suratmi selalu berpesan kepada ke 2 karyawanya untuk bekerja secara jujur karena ada anak dan istri mereka yang harus dinafkahi.

Suratmi menyampaikan bahwa persaingan dagang ayam sekarang tidak lah sesehat dulu. Pada zaman suratmi dan teman-teman pedagang ayam dan sama-sama sedang dalam masa jaya. Mereke menyampaikan bahwa masa jayanya dulu mereka mampu membeli barang atau tanah yang mereka rasa benar-benar bermakna bagi mereka. Dan mereka tidak pernah bersaing dengan cara saling menjatuhkan harga jual, karena mereka memiliki pemikiran yang sama, dengan tetap memikirkan untung dan dana oprasional yang mereka gunakan, sehingga suratmi dan teman-temanya merasa bahwa masa jaya mereka bergantian satu sama lain.  Tidak seperti persaingan sekarang, banyak anak muda yang baru merintis berjualanya dengan tidak memikirkan untung, bahkan uang oprasionalnya saja mungkin tidak mereka pikirkan, yang lebih terpenting bagaimana mereka memperoleh pelanggan dan barang daganganya bisa habis. Ada juga oknum yang nakal dengan menjual ayam yang sudah mati kemudian di bubut dan dijual seperti layaknya ayam hidup.

Suratmi mengalami kemunduran pada masa corona menyerang. Dan ditambah lagi suaminya atau mrajak yang mengalami sakit parah ( komplikasi ) dan harus cuci darah seminggu 2 kali. Sehingga suratmi dan suami tidak bisa lagi sepenuhnya mengawasi pekerjaan miliknya tersebut. Banyak pelanggan-pelanggan yang terpaksa berhenti karena keadaan, dan banyak juga pelanggan-pelanggan yang pindah ke pedagang lain karena dirasa harga lebih murah. Mulai dari situlah suratmi mengalami kerugian dan sedikit down dengan  keadaan yang di alaminya saat itu sampai pada puncaknya, mrajak atau suami suratmi meninggal pada tahun 2021.

Kepergian suami tentu membuat suratmi semakin down dan kehilangan semangat untuk melanjutkan hidupnya. Suratmi sudah jarang lagi untuk ikut berjualan di pasar dan hanya kedua karyawan saja yang berdagang dan digantikan oleh adik suratmi yang membantu handle semua pekerjaan suratmi di pasar. Suratmi kehilangan semangat hampir 3 -- 4 tahun, tentu kerugian yang dialaminya semakin banyak, banyak hutang yang suratmi bawa dari PT PT ayam di soloraya. Karena suratmi tidak memiliki semangat untuk melanjutkan berdagangnya tersebut sehingga suratmi hanya membantu mencarikan ayam dari PT dan selebihnya dipikir oleh karyawanya yang ia percayai. Suratmi selalu menyampaikan kepada karyawanya untuk bekerja dengan jujur karena tiap orang yang ia temui dengan bekerja tidak jujur terutama kepada pelanggan, dan mencurangi pelanggan, terutama pada timbangan/berat ayam, mereka yang mencurangi pelanggan/orang lain selalu mengalami kebangkrutan atau bisnisnya berjalan tidak lama.

Pada awal 2024 suratmi akhirnya mengumpulkan kembali semangatnya karena banyak dari orang-orang sekitar terutama keluarganya yang merasa sedih dan susah ketika suratmi tidak lagi menekuni pekerjaanya tersebut, mereka merasa sangat terbantu dengan kejayaan suratmi karena mereka mendapatkan hasilnya juga. Suratmi memiliki tekad yang sangat kuat untuk dapat membantu orang-orang disekitarnya terutama keluarga besarnya. Ia berkeinginan jika ada orang yang membutuhkan bantuan suratmi harus bisa setidaknya sedikit membantu mereka. Suratmi merasa sedih jika ada orang yang datang kepadanya tetapi suratmi tidak bisa membantunya.

Berangkat dari hal tersebut suratmi mulai menata hidupnya lagi, dengan doanya dan doa orang tuanya serta keinginanya yang tinggi suratmi berhasil melawan keterpurukanya tersebut. Suratmi sudah mulai mampu untuk berdamai dengan keadaan, ia juga sudah rajin untuk ikut berjualan dipasar ayam seperti dulu, suratmi juga merasa bahwa bagaimanapun keadaan tidak perlu dipikirkan berlarut-larut karena hal yang sudah terjadi kemaren tidak akan bisa kembali lagi. Ambil pelajaran yang sudah pernah di lalui, setiap rintangan yang ia hadapi dengan berpegang teguh dengan keyakinan dan doa orang tua, suratmi dengan lebih tenang menghadapinya.

Suratmi selalu berpesan kepada anak-anaknya dan karyawanya agar tetap bekerja dijalan yang lurus, tetap mengutamakan kejujuran, dan jangan mengambil hak orang lain. Rezeki yang datang sudah Allah yang mengatur jangan mengkhawatirkan pendapatan, kerjakan dengan berniat beribadah kepada Allah, untuk apapun hasilnya semuanya diserahkan saja ke Allah. Karena apapun yang terjadi di dalam hidup tidak lepas dari Kehendak Allah SWT. Jadi tetaplah bekerja dan berusaha dengan selalu mengingat Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun