Mohon tunggu...
Yayan Candra
Yayan Candra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Public Health

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sungai Sumber Kehidupan, Bukan Muara Sampah Bagi Manusia

25 September 2024   17:03 Diperbarui: 25 September 2024   17:25 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungai memiliki peran penting sebagai sumber kehidupan, irigasi, transportasi, hingga habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan di beberapa tempat sungai menjadi satu satunya sumber mata air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari hari.

Indonesia memiliki banyak sungai seperti Sungai Kapuas di Kalimantan Timur, Sungai Mahakam di Kalimantan, Sungai Batanghari di Sumatera, Sungai Barito di Kalimantan Tengah, Sungai Musi di Palembang, Sungai Bengawan Solo di Jawa Timur, Sungai Brantas di Jawa Timur, Sungai Ciliwung di Jakarta dan sungai-sungai lain di Indonesia. Sungai-sungai ini adalah pusat aktivitas manusia. Seperti di sungai Barito, digunakan sebagai pasar terapung. Bahkan di sisi sungai digunakan untuk membangun tempat tinggal. (Handayani,2022)

Foto diambil dari okezone.com
Foto diambil dari okezone.com

Foto oleh RR. Nindi Khoirunisa Azis
Foto oleh RR. Nindi Khoirunisa Azis

Foto dokumentasi pribadi
Foto dokumentasi pribadi

Namun, keberadaan sampah yang mencemari sungai kini menjadi masalah besar, terutama di Indonesia. Sekitar 46% dari total 70.000 batang sungai di Indonesia dalam keadaan tercemar berat. (Waluyo, 2019)

Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab, dampak, dan solusi terkait sampah di sungai.

Penyebab Sampah di Sungai

  1. Kebiasaan Masyarakat: Salah satu faktor utama adalah kebiasaan buruk masyarakat yang membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai. Hal ini sering terjadi karena minimnya kesadaran akan dampak jangka panjang dari tindakan tersebut.
  2. Kurangnya Fasilitas Pengelolaan Sampah: Banyak daerah yang masih minim fasilitas pengelolaan sampah, seperti tempat pembuangan yang layak dan sistem daur ulang. Akibatnya, sungai sering menjadi "tempat pembuangan akhir" bagi warga.
  3. Limpahan Sampah dari Hulu ke Hilir: Sungai yang mengalir dari hulu ke hilir membawa sampah yang dibuang dari berbagai titik. Di kawasan perkotaan, aliran sungai sering kali membawa sampah rumah tangga, plastik, dan limbah industri.

Dampak Sampah di Sungai

  1. Kerusakan Ekosistem: Sampah, terutama plastik, sangat sulit terurai. Di aliran sungai , sampah plastik dapat mengancam kehidupan hewan seperti ikan, burung, dan biota lainnya. Hewan-hewan ini sering kali terjerat atau memakan sampah plastik yang mereka anggap sebagai makanan.
  2. Banjir: Sampah yang menumpuk di sungai dapat menyumbat aliran air, menyebabkan meluapnya air saat hujan lebat dan akhirnya memicu banjir. Hal ini sering terjadi di daerah perkotaan yang padat penduduk.
  3. Penurunan Kualitas Air: Sampah organik dan limbah kimia yang mencemari sungai dapat menurunkan kualitas air. Air sungai yang tercemar tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan manusia yang bergantung pada air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Solusi Mengatasi Sampah di Sungai

  1. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Kampanye tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai perlu digalakkan. Edukasi di sekolah dan komunitas dapat menanamkan kesadaran sejak dini tentang dampak buruk sampah di sungai.
  2. Pengelolaan Sampah Terintegrasi: Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah, termasuk pengadaan tempat pembuangan sampah yang mudah diakses dan peningkatan sistem daur ulang. Di beberapa daerah, konsep "bank sampah" dan daur ulang sampah organik menjadi eco-enzym sebagai disinfektan dan pembersih lantai sudah terbukti efektif dalam mengurangi sampah rumah tangga. Hasil pengujian menunjukkan bahwa akitivas antimikroba tertinggi (kandungan fenol tertinggi) terdapat pada eco enzyme dari limbah kulit jeruk. Hasil fermentasi dengan teknologi Eco-Enzyme ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pembersih rumah tangga seperti pel lantai, mencuci toilet, mencuci piring dan pakaian, sebagai disinfektan dan hand sanitizer. Selain itu juga, eco enzyme bisa dimanfaatkan sebagi pupuk dan pestisida di bidang pertanian (Alchusnah, 2024). Selain itu budidaya BSF (Black Soldier Fly) atau lalat tentara hitam yang bertelur kemudian larvanya menjadi maggot sangat aktif memakan sampah organik dan mampu membantu mendegradasi sampah tersebut (DLH probolinggo, 2021).
  3. Pembersihan Sungai Berkala: Melibatkan masyarakat dan lembaga swadaya dalam kegiatan pembersihan sungai secara rutin dapat membantu menjaga kebersihan sungai. Selain itu barakudamine.id tahun 2022 mengemukakan bahwa teknologi seperti perangkap sampah otomatis di sungai bisa menjadi salah satu inovasi untuk mengurangi tumpukan sampah.
  4. Penegakan Hukum: Peraturan tentang larangan membuang sampah ke sungai harus ditegakkan dengan tegas. Hukuman bagi pelanggar bisa berupa denda atau kerja sosial membersihkan sungai sebagai bentuk efek jera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun