[caption id="attachment_87200" align="aligncenter" width="600" caption="Bom laut untuk meledakkan ranjau diturunkan dari kapal buru ranjau KRI Pulau Rupat-712"][/caption]
Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), khususnya perairan Teluk Lamong merupakan salah satu perairan di wilayah Indonesia yang masih banyak menyimpan ranjau sisa Perang Dunia II yang disebar oleh Jepang untuk menghambat invasi sekutu di Pulau Jawa. Meskipun ranjau-ranjau atau bahan peledak lainnya tersebut telah berumur lebih dari 65 tahun namun masih memiliki kemampuan meledak dan membahayakan keselamatan pelayaran. Apabila terpengaruh oleh aktivitas yang mengandung unsur keakustikan, kemagnetan maupun tekanan dari pengguna laut pada level tertentu, ranjau-ranjau itu dapat meledak.
[caption id="attachment_87201" align="alignleft" width="360" caption="Tim Pasukan Katak meluncurkan bom Laut ke posisi tempat ranjau laut bercokol "]
Dalam tiga hari terakhir, Sonar Pemburuan Ranjau (TSM-2022) yang dimiliki Satgas Tindakan Perlawanan Ranjau mendetiksi adanya 4 kontak di dasar laut perairan Teluk Lamong. Setelah diklasifikasi dengan didasarkan pada 4 S (Size, Strength, Shape, dan Shadow), Satgas mengidentifikasi bahwa kontak tersebut merupakan ranjau laut. Dua ranjau telah menjalani proses demolisi kemarin, sisanya dua buah yang terakhir, siang tadi pukul 11.15 WIB kembali diledakkan dengan menggunakan bom laut.
[caption id="attachment_87206" align="aligncenter" width="600" caption="Ledakan yang dihasilkan dari proses demolisi ranjau laut"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H