Mohon tunggu...
Yayan MuzayyanahSPd
Yayan MuzayyanahSPd Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 5 Purbalingga

Saya, Yayan Muzayyanah Guru Mapel Bahasa Jawa pada SMPN 5 Purbalingga, mempunyai hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Pendidikan Hanya Sebatas Menggugurkan Kewajiban

6 September 2022   21:27 Diperbarui: 6 September 2022   21:32 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca berjalannya sekolah menerapkan PTM, yang kurang lebih 2 tahun dilakukan pembelajaran secara Daring, banyak sekali perubahan-perubahan sikap, prilaku, apa lagi sampai tata krama peserta didik sudah mulai hilang. karena pada kenyataanya teori dari hal yang awalnya aktif, dari bangun pagi, mempersiapkan segala macam untuk keperluan sekolah tiba-tiba harus terhenti pada saat pandemi. kurang lebih 2 tahun tanpa menyentuh bangku sekolah. Satu, dua atau tiga hari bagi anak yang aktif dan kreatif tidak akan betah dengan hanya berdiam diri, akan tetapi berbeda ceritanya dengan anak yang malas.

Dalam kondisi/situasi pandemi adalah hal yang sangat menyenangkan bagi mereka, dimana mereka menjadi santai dalam menjalani hari-harinya tanpa dibuat pusing dengan bangun pagi dan sekolah. jelasnya, dari hal yang aktif menjadi pasif hampir semua siswa bisa, akan tetapi dari hal yang pasif menjadi aktif itu membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. dari yang tadinya mungkin hanya mengenal Hp sebatas media telpon/whatsapp saja, sekarang sudah semakin caggih anak-anak menggunakan media iphone/Hp tersebut. mungkin dari segi IT bagus karena anak-anak sekarang melek IT. tetapi disisi lain membuat saya prihatin dengan kelakuan anak-anak sekarang, seolah-olah dunia dalam genggamannya tanpa mereka memperdulikan orang yang ada disekiarnya.

Lebih miris lagi ketika saya amati sekolah hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja, tanpa ada niat dan tujuannya untuk apa. dari rumah berangkat, dapat uang jajan, ternyata tidak sampai sekolah. disini semakin jelas tingkat kebohongan siswa, terutama pada orangtuanya, kedua membohongi diri sendiri, ketiga membohongi pihak sekolah.

Maka dari itu butuh semua elemen untuk bekerja sama antara guru mapel, wali kelas, BK, kesiswaan, dan lingkungan sekitar untuk mengatasi masalah tersebut. terutama dari keluarga, karena waktu anak-anak lebih banyak dirumah ketimbang di sekolah. orang tua hendaknya lebih memperketat anaknya , ketat bukan berarti keras terhadap anak, akan tetapi selalu memantau dimanapun anak berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun