Saat mata terbuka, saat aku mulai bernafas dan mata ini menatap indahnya dunia. Hanya satu hal yang bisa ku lakukan "Bersyukur". Aku bersyukur karena semua yang ada didepan mataku ini adalah hal yang terbaik yang pernah aku lihat. Orang-orang yang selalu menyayangiku, alam yang bersahabat dan dia yang selalu dalam anganku.
Aku, aku adalah seorang wanita yang menurutku aku simple, aku adalah Eldin. Hidup dalam ruang lingkup sederhana yang kaya akan kasih sayang. aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Seringkali aku berhayal tentang sesuatu yang menurutku indah tapi entah kapan itu akan terjadi. Salah satu dari hayalanku adalah cinta. Awalnya aku bertanya apakah cinta itu bisa sama dengan hayalan ataukah beda dengan kenyataan?. Seperti seorang aku yang berhayal dengan seseorang yang aku dambakan. Dia, dia adalah hayalan terindahku. Setiap aku menatap langit, setiap aku menatap bintang, setiap aku merasakan kebahagiaan, itu adalah dia. Aku hanya bisa merasakan dan melihat dari jauh tentang dirinya dan tak tau kapan aku bisa menyentuhnya. Hanya sebuah doa yang bisa ku berikan kepadanya agar dia selalu dalam lindungan Sang Pemberi Cinta. Aku hanya menutup mulut dengan cadar dan tidak bisa aku ungkapkan kepadanya. Rasa ini hanya bisa aku pendam dan tak tau kapan akan terucap kepadanya. Seringkali aku meneteskan air mata karena aku ingin bertemu dengannya dan bisa mengatakan bahwa aku sangat mencintainya. Tapi dalam kenyataanya, bibirku ini sangat kaku dan mulutku tak bisa mengatakannya.
Tuhan Kau yang Memberi Cinta, renacana yang Kau berikan kepada hambaMu selalu lah indah. Setiap doa selalu lah Kau dengarkan. Tapi, apakah yang selalu aku hayalkan akan Kau wujudkan nyata??. Kali ini entah aku akan pesimis atau akan positif untuk bisa bersamanya. Menurutku, dia adalah seseorang yang mendekati sempurna. Dia tampan hatinya. Entah mengapa jika aku tidak suka pada sesuatu hal, kalau dia yang memilikinya, aku selalu menerima dengan senang hati. Aku merasakan kalau aku sudah sangat cocok dengannya.
Kini sudah 3 tahun sejak pertemuan terakhir dengannya aku tetap menginginkannya. Aku tetap mengharapkannya dan menunggunya dengan sabar. Tapi apakah akan terjadi bila mulutku ini tetaplah kaku dan dia tidak mengetahuinya. Tuhan, mimpikan wajahku dalam tidurnya. Ajaklah berdialog agar mulutku ini tidak kaku untuk berkata yang sebenarnya. Dan suatu saat aku akan bisa bersamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H