Mohon tunggu...
Yayak Mahardika
Yayak Mahardika Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penggemar gorengan sekalian penyruput kopi | pemerhati cewek |bukan cowok | Menulis curahan hati di |https://lukojoyosindikat.wordpress.com| yayak.mahardika@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Full Day School, Turunan dari Sistem Pendidikan Islam Tradisional Pesantren

9 Agustus 2016   08:27 Diperbarui: 9 Agustus 2016   11:39 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para santri usai mengaji Foto: rmol.co

Full day school kembali memancing perdebatan sejumlah kalangan. Perdebatan tersebut dipicu setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menggagas pendidikan dasar yakni SD dan SMP, baik negeri maupun swasta menggunakan sistem full day school.

Bukannya saya latah untuk ikut-ikutan beropini menyikapi full day schoolsebagaimana yang digagas Mendikbud. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkannya, tetapi kita kurang menyadarinya. Bahkan, bukan hanya full day School tetapi full years school.

Benar kata orang, bangsa Indonesia itu “kagetan”. Salah satu karakter bangsa Indonesia yang masih relatif kental. Kaget dengan sesuatu yang baru, orang baru, barang baru dan istilah baru (termasuk full day school) meski sebetulnya istilah tersebut telah ada sejak sebelum bangsa Indonesia di Proklamirkan oleh Bung Karno 71 tahun silam.

Hakikat full day school adalah sistem. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta didik. Dalam proses tersebut dibutuhkan sebuah sistem dan full day school adalah salah satu sistem itu sendiri. Sistem yang sengaja dirancang untuk mengembangkan potensi peserta didik secara tepat dan cepat dan didasari pada prinsip perkembangan anak.

Awal mula full day school muncul pada awal tahun 1980-an di Amerika Serikat. Pada waktu itu full day school dilaksanakan untuk jenjang sekolah Taman Kanak-kanan dan selanjutnya meluas pada jenjang yang lebih tinggi mulai dari SD sampai dengan menengah atas.

Menurut penelitian Steenbrink (1986), konsepsi full day school itu terinspirasi dari pendidikan islam di arab waktu itu. Sementara  di Indonesia sistem pendidikan model begitu (lebih paripurna) telah diterapkan semenjak pesantren (Pondok Pesantren) muncul di Indonesia.

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Menurut Mastuhu, sebagaimana dikutip Amin Haedari,dkk sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol. Mulai dari hanya memberikan pelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik berbahasa Arab, mempunyai teknik pengajaran yang unik yang biasa dikenal dengan metode sorogan dan bandongan atau wetonan, mengedepankan hafalan, serta menggunakan sistem halaqah. Sampai sekarang, model pembelajaran ini masih tetap bertahan. Kehidupan di pesantren hampir tak ada waktu terbuang percuma karena aktifitas belajarnya dimulai dari waktu subuh sampai pukul 22.00.

Itulah potret pendidikan islam tradisional pesantren dan sampai saat ini tak ada pihak yang mengatakan sistem pendidikan islam tradisional pesantren tidak efektif untuk pembelajaran siswa atau santrinya.   

Tak berlebihan, jika saya mengatakan di pesantren tak hanya sekolah sehari penuh “full day school” tetapi sekolah setahun penuh “full year school” karena para santri menetap tidak pulang. Sebagai lembaga pendidikan peripurna, kurikulum pendidikan pesantren selain diajarkan ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama juga diajarkan tentang spriritual.  

Tentang pesantren sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tradisonal paripurna: yang menghendaki fiddunyah hasanah-wafilakhiroti hasanah, dalam hal ini Bung Karno juga memiliki mimpi yang sama. Terbukti dalam catatannya, “Di Bawah Bendera Revolusi”, bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, sebaiknya juga mengajarkan pengetahuan umum. Bahkan menurutnya, Islam science bukan hanya pengetahuan Qur’an dan hadits saja, Islam science adalah pengetahuan Qur’an dan hadits plus pengetahuan umum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun