Persembahan Terakhirku buat Ujian Nasional
( sebuah perjalanan satu dekade)
Yang tidak bisa kulupakan dalam 10 tahun terakhir ini bahkan ketika aku memutuskan untuk menerima amanah itu adalah Penyelenggaraan Ujian Nasional, capek, siaga, senang, sedih, khawatir, dag dig dug, puas pokoknya segala rasa ada. Ketika mereka memintanya, aku dengan senang hati memberikannya, Take it!
Bukan Project Oriented bekerja dalam Ujian Nasional ini, tak selaras jika diukur dengan tambahan uang yang kita terima. Selama ini kita bekerja dengan hati, mengedapankan jiwa korsa tidak otot-ototan, kerjasama yang begitu luar biasa dengan Teamwork,rekanan dan teman-teman seJawa Tengah, dan seluruh pihak yang terlibat.Siap dalam 24 jam sehari semalam, HP ON terus bahkan siap saat berdering tengah malam atau pagi buta.
Awalku terjun dalam penyelenggaraan ini, bahkan kita tak diberi arsip apapun, segala regulasi kita sendiri yang susun, mulai dari Pendataan, SK-SK yang seabrek, Pedoman dan juknis-juknis padahal aku baru mutasi dari Fungsional ke struktural. Alih-alih dana, honor dan uang saku, ATK dan fotocopy aja kita tidak tau mesti minta ganti pada siapa.
Jadi, bukan UANG yang jadi primadonaku, bukan BENDAHARA UN tujuanku, Lancarnya penyelenggaraan Ujian Nasional adalah tujuan kita bersama. Yaa, meski aku juga mengharap dapat tambahan imbalan uang lelah dari kerja keras kita selama ini. Katakanlah dapat itu hanya bisa menggantikan uang jajan yang aku tinggalkan ketika aku meninggalkan anak-anakku, atau aku Cuma bisa mencicipi makanan luar sebagai kuliner referensi ketika aku melaksanakan perjalanan dinas.
Anggaran Ujian Nasional dapatlah sekedar subsidi dari Pemerintah Pusat, yang waktu itu untuk sekolah, subrayon dan rayon. Kita yang di rayon bekerja dari awal sampai akhir pelaporan mendapat alokasi yang paling sedikit, jika kuhitung dengan matematikaku benar-benar tidak cukup, pendampingan dari Pemkab dan Pemrov juga belum ada, belakangan kita mengajukan dengan membuat telaah staf, nota dinas atau TOR ( Term Of Refernce), turunlah dana tersebut juga tidak dengan mudah.
Dan, ketika Pimpinan mempercayakan aku jadi bendaharanya pada tahun kedua aku ikut bersamanya sampai Tahun 2013, total 9 tahun aku jadi bendahara UN APBN dalam sepuluh tahun perjalanan bersamanya. Aku terima dengan resiko tugas tambahan selain segala administrasi keperluan Ujian Nasional. Bukan hanya SPJ nya, hampir segala keperluan penyelenggaraan.
Dengan segala kebijakan pimpinan yang berbeda-beda, aku berusaha sebaik mungkin mengelola keuangan Ujian Nasional, membayar biaya-biaya yang memang semestinya dikeluarkan, sungguh luar biasa pengeluarannya jika tanpa pendampingan.
Mungkin sebagian kita mengatakan maulah wong dapat banyak honor. Bukan!
Aku memang menikmati menjalani tugas ini karena bekerja dengan orang-orang daerah lain dan provinsi seperti saudara, bahkan seperti ibuku.
Sampai saat ini aku kangen pada beliau, bundaku kedua. Jika datang ke Rembang tak pernah sekalipun mau menerima traktiranku.
Ambil naskah soal waktu itu menunggu di lobby, disambut dengan hangat oleh rekanan pemenang, sambil ngopy dan ngeteh di ruangan AC, sejenak capek berangsur hilang, itu pas di Pura, sebelumnya pernah di suara merdeka dengan hiruk pikuknya kita tetap dapat akomodasi meski di luar ruangan, dan saat di BSB kunikmati pemandangan Alaska (Alas Karet) yang indah.
Pun ketika nganter LJK di SCDI di kawasan Marina meski kita tak mampir ke pantainya, setidaknya kubisa menikmati kelap kelip lampu PLTU di sepanjang jalur itu, di Wahana pun aku gak merasakan capek sekedar melintas simpanglima.
Apalagi ketika kerjasama UN dengan UNNES, adalah kampusku, almamaterku, eks IKIP itu benar-benar membuatku NYESS ketika mengantarkan LJUN ke sana. UNNES sama seperti planning saat aku akan meninggalkannya, FPMIPA akan jadi belakang. Menunggu di hari pertama menghitung LJK perlembar nyampe jam 01.00 WIB dinihari belum kelar, kutinggalkan berjalan menyusuri kampus belakang rektorat tempatku mengantarkan LJK.
Masih seperti yang dulu, warna catnya, dan gedung Fisika itu di belakang Gedung matematika, seperti sok romantis mataku dah berkunang-kunang.Kubuang segala rasa takut tengah malam sendirian menyusuri itu....
Besoknya usul kita diterima dengan tidak menghitung perlembar. Kita masih berkutat dengan persiapan membagi soal pagi harinya.
Yang tak bisa kulupakan juga adalah ketika masih diperbolehkan Rakor Provinsi di hotel, meski sekali aku begitu sangat terkesan dengan breakfast di Hotel Pandanaran. East and western food. Sok makan ala orang barat kuambil roti dan kopi susu, eit ternyata masih lapar, masih nglirik nasi goreng lengkap dan spesial pake telur, selada yang buat hiasan aja abis kuambil, kumakan...wwkkk. Lho masih ada jamu,,,ala Jawa. Ini perut masih ingin diisi. Seger banget kuminum beras kencur. Yah, begitu saja tanpa uang saku yang berarti aku semangat mengikuti tiap seasonnya.
Saat hamil dan gak lagi bolah make hotel, ke Bandungan di wisma PJKA pun kunikmati suasana sejuk pegunungan, dan pasar sayurannya wowww...menyenangkan.
Hanya motivasi sederhana seperti itu yang membuatku begitu menikmati penyelenggaraan besar UJIAN NASIONAL. Uang saku hanya cukup untuk beli jajan anakku yang kutinggalkan pergi luar kota. Itulah semangatku.
Maka ketika kemudian ada yang berusaha meniadakanku silakan, toh semuanya telah kuberikan, dan aku tak menuntut apa-apa, uang yang telah aku keluarkan dalam terakhir penyelenggaraan UNÂ Tahun 2013 ini di tengah sulitnya perekonomianku kuikhlaskan sebagai persembahan terakhirku dalam Ujian Nasional ini. Bagiku itu banyak, apalagi kok honor dari aku pagi buta meninggalkan anakku tidur sendirian di rumah, siang sampai sore aku mengeplot LJK, malam aku harus loncat pagar buat sekedar ngefax laporan karena mau kirim email pulsa modemku abis, tergesa-gesa karena kutinggal juga anak-anak karena aku tak bisa menghubungi Bapaknya ketika masih di toko. Bahkan buat beli pulsaku aku timbang lebih baik buat jajan dan susu anakku. Dan, tak ada yang mau mengerti.
Tiba-tiba ketika kuputuskan rela dan ikhlas untuk pergi melaksanakan amanah ada yang minta Daftar Hadir dsb...apa pedulinya????Mana aku yang disuruh datang. Buat apa???
Kalo boleh aku beranalogi :
Ada seorang pasien yang menelepon seorang dokter karena hujan deras minta supaya dokter datang ke rumahnya. Dokter tersebut bilang oke tapi minta dijemput karena mobilnya sedang di bengkel. Apa kata si pasien,. Whatt??? Hujan-hujan deras begini aku harus jemput dokter???
So, apa yang kita lakukan hanyalah untuk diri kita sendiri, kita tidak memikirkan orang lain.
Apa yang diminta temanku atau apa yang diminta eks Ketua ku supaya aku datang menyerahkan berkas2 yang aku susun sendiri, tocopy sendiri, uang juga tidak diganti, tanpa uang lelah dan transport. Mengapa tidak datang ke kantorku yang baru???toh jelas alamatnya atau mengapa tidak ke rumahku yang dekat dengan kantor.
Atau mengapa tidak menyuruhku dayang untuk itung-itungan biaya yang sudah kutalangi???
Jadi, aku sudah tidak menuntut apa-apa, jadi sekiranya tidak mengusikku dengan tugas baruku.
Dan, kulepaskan UJIAN NASIONAL dengan berat hati untuk memenuhi amanat yang diberikan padaku. Mudah-mudahan persembahan terakhirku buat UN TAHUN INI bermanfaat setidaknya buat anak-anak bangsa. PEACE.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H