--------------------------------------------------------------------
 Oleh: Yahya Ado
 EMPAT hari hampir berlalu. Waktu yang sungguh singkat. Langit mendung di atas jantung kota Serpong seperti hilang dari mata. Bertemu dengan sang pelopor adalah sebuah rezeki besar bagiku. Ia salah satu idola yang telah kusematkan menjadi teladan.
 Namanya Dedi Wahyudi. Awal bertemu dengannya medio September 2018 silam. Kami bersua di Tkit Alam Pelopor miliknya di Rancaekek Bandung di bawah naungan Pelopor Foundation. Sekolah PAUD dan SD yang diberi nama Al-Munawwar. Sebuah cahaya yang terinspirasi dari nama Al Madinahtul Munawwarah.Â
 Ia tak banyak bicara. Kata-kata keluar satu per satu dengan sangat lembut. Pengalaman yang sangat mempuni, membuat lelaki bersuku Sunda ini telah dipercaya menjadi ketua Asosiasi Pelatih Guru PAUD Nasional.Â
 Sekamar dengannya, saya tak ingin kehilangan momentun. Kami berdiskusi banyak hal. Selain ngobrol di ruang pertemuan, kami habiskan waktu di kamar untuk diskusi dan belajar. Bahkan sampai di meja sarapan, kami tetap berdiskusi.Â
 Topik utama tentu terkait dengan PAUD sebagai agenda utama kami berkumpul di bilangan Tangerang Banteng. Selebihnya kami obrol beraneka topik. Menimba pengalaman tentang inisiasi sekolah alam, pengalaman menjadi konsultan di direktorat PAUD, sampai pada topik terkini tentang politik bangsa hari ini.Â
 Di meja sarapan saya merasa semakin lapar. Bukan karena kekurangan makanan. Tetapi waktu bergulir makin kencang ke titip pisah. Kami berpamitan besok, tapi optimis ketemu lagi. Dalam rencana akan bertemu di Kupang akhir April ini.Â
 Sekaligus saya merasa terhormat, diundang khusus menulis tentang sekolah alam Pelopor  di Bandung. Saya harus mengalokasikan waktu sedikitnya satu bulan berada di sana. Menyelam mencari ilham-ilham untuk menulis sebuah novel inspirasi tentang sekolah alam Pelopor. Semoga ada waktu spesial ini.Â
 Dan hari ini, masih di antara para pakar PAUD nasional. Kami masih diskusi tentang agenda khusus untuk 100 PAUD di kabupaten Kupang. Sebuah komitmen peningkatan kapasitas dan sumber daya manusia di pedalaman timur Indonesia. Tentang STEAM, Loose Parts, Perencanaan Pembelajaran, Penilaian Perkembangan Anak, Akreditasi, dan sebagainya.Â
 Tersisa sehari waktu sarapan pagi. Mencari ide lagi untuk diskusi. Memperdalam persiapan mimpi di Manusak adalah salah satu yang selalu terlintas kembali. Setidaknya dengan semangat dan passion yang sama, semoga pertemanan ini berjangka panjang menjadi kerjasama antar lembaga. Antara Sekolah Alam Pelopor Rancaekek, Bandung dan Sekolah Alam Generasi Cerdas di Manusak, Kupang NTT.Â
 Sarapan ilmu bersama sang pelopor, seperti kampus baru buat saya.  Kisah kecilnya saat mencari sendal di sungai untuk dipakai adalah masa kelam hidupnya yang susah. Itu jua yang menginspirasinya membangun sekolah alam untuk mengilhami anak-anak agar  tidak lupa dengan alam, tempat mereka tertawa dan bahagia hari ini. Sang mantan penerima penghargaan presiden di masa Soeharto sebagai Pemuda Pelopor Indonesia  memang pantas jadi pelopor.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H