Mohon tunggu...
Yaya Dhammayatri
Yaya Dhammayatri Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu rumah tangga biasa

Jika kita melakukan pekerjaan/profesi kita dari hati dan ikhlas, maka kita skan mempunyai kekuatan dlm menghadapi hal yg tersulit atau bahkan yg tak terbayangkan sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4+4+4+4+4+4 = 4x6 atau 6x4 Siapa yang Disalahkan?

24 September 2014   08:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:44 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi yang saya tahu, orang tua (walau tidak semua) sekarang bukannya takut anaknya tidak naik kelas, tapi selalu ingin agar anaknya dapat ranking, akhirnya dimasukkan ke berbagai bimbel hingga tidak ada waktu lagi untuk bermain dan mengembangkan minat dan bakat mereka yang sesungguhnya.

Lalu apa hubungannya dengan soal di atas?

Ada 2 aspek yang ingin saya sampaikan di sini.

1. GURU

Mengajar itu tidak semudah membalik telapak tangan. Saya berkali-kali mengajar Matematika dengan metode yang ada di buku, kebanyakan anak-anak malah menjadi terpaku dengan cara itu dan jika ada cara lain yang muncul di buku, mereka langsung bingung. Pengajaran Matematika yang setengah-setengah, sehingga anak terpaku hanya itu-itu saja yang akan membuat anak malas berpikir dan tidak kreatif. Saya lebih setuju dengan cara mengajar perkalian pada contoh video pada artikel di bawah ini:

http://sains.kompas.com/read/2014/09/23/22065131/Penting.untuk.Orang.Tua.dan.Guru.Video.Memahami.Masalah.4.x.6.atau.6.x.4.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Guru seharusnya lebih kreatif. Pada dasarnya bahasan Materi untuk judul di atas adalah belajar pengenalan perkalian dengan metode penjumlahan berulang. Jadi harus menjelaskan keduannya secara bersamaan. 2x3 dan 3x2, 3x4 dan 4x3 5x4 dan 4x5 agar siswa  mengerti bedanya.

2. SISWA dan ORANG TUA

Sudah seharusnya sebagai orang tua memberikan semangat pada anak-anak mereka agar sekolah dengan baik dan memperhatikan guru mereka ketika sedang mengajar. Seperti uraian saya di atas, banyak sekali siswa di kelas tidak memperhatikan guru mereka. Anak saya yang kelas 5 SD  setiap pulang selalu tahu apa yang dijelaskan gurunya,  pesan gurunya dan dapat tugas apa dari gurunya. Ia selalu mengerjakan sendiri tugas/PRnya dan jarang sekali bertanya pada saya. Tapi yang saya heran, banyak sekali temannya yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Dalam hal ini siapa yang disalahkan? Guru?

Kita sebagai orang tua tidak bisa semata-mata menyalahkan guru. Kitapun sebagai orang tua ikut berperan dalam perndidikan anak-anak kita. Sebagai orang tua jangan biarkan saja anaknya seperti itu, atau malah kita sebagai orang tua yang sibuk mencari tahu apa yang tadi dipelajari dan tugas apa yang diberikan guru kepada anak kita di sekolah. Karena tidak mau pusing, akhirnya semua tugas anaknya dikerjakan orang tua. Pembiaran inilah yang menyebabkan anak tidak memmperhatikan guru karena mereka menganggap ada yang akan membantunya.

Jika kita selalu membantu, anak-anak tidak akan tahu tanggung jawabnya dan tidak tahu seperti apa hukuman yang diberikan gurunya. Biarkan si anak sekali-sekali mendapat hukuman dari gurunya. Pelajaran yang sangat mahal akan membuat anak jera dan menjadi lebih bertanggung jawab juga mandiri. Kadang sebagai orang tua, kita kasihan pada anak kita, sehingga rasa itu mengorbankan mental anak kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun