Mohon tunggu...
Mardiyah
Mardiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya hobi membaca, traveling, dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Farabi; Sang Maestro Kedua Filsafat

16 Juni 2024   16:47 Diperbarui: 16 Juni 2024   16:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al-Farabi atau yang di kenal ilmuan barat dengan nama Alfarabius atau Avennaser Adalah seorang ilmuan dan Musisi muslim. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang filsuf Muslim yang paling mashur dan terkemuka pada masanya. Bahkan ia di kenal sebagai guru ke dua (the second master) setelah Aristoteles (the first Master). Karena mengarang buku,mengumpulkan,dan menyempurnakan terjemahan karya Aristoteles serta kontribusinya yang besar dalam bidang filsafat

            Al-Farabi lahir pada tahun 870 M di Farab,sebuah kota di turki, yang kini tidak ada lagi.Sejak kecil ia sudah menunjukkan kecerdasannya yang luarbisa di bidang bahasa,khususnya Bahasa Persia,Turkistan, dan kudistan. Dalam usia yang masih sangat muda, ia Bersama ayahnya pergi ke Baghdad. Yang dimana pada waktu itu, Baghdad merupakan,pusat pembelajaran terkemuka pada pada masanya. Pada mulanya,ia memusatkan perhatiannya,dibidang logika dan bahasa Arab(nahwu Sharaf) yang berguru kepada Abu Bakr As-Sarraj dan setelah itu ia pindah  ke Harran.

            Setelah pindah ke harran, ia Kembali lagi ke Baghdad lagi untuk belajar filsafat. Ia menetap di Baghdad kurang lebih 30 tahun. Dan waktu puluhan tahun itu, ia gunakan untuk belajar filsafat,dimana ia mendalami karya-karya Plato dan Aristoteles. Al-Farabi juga menggali pemikiran-pemikiran filsafat Yunani klasik dan menggembangkannya dengan memasukkan nilai-nilai islam dari budaya timur dan Tengah.

            Al-Farabi adalah seorang yang logis. Baik dalam pemikiran,pernyataan,argumentasi, diskusi, keterangan dan penalarannya. Filsafat Al-Farabi mempunyai corak dan tujuan yang berbeda. Ia mengambil ajaran-ajaran para filsuf terdahulu, membangun Kembali dalam bentuk yang sesuai dengan lingkup kebudayaan,dan menyusunnya sedemikian sistematis dan selaras. Bahkan ia berhasil menciptakan suatu system filsafat yang lengkap dan memainkan peranan yang penting dalam dunia islam dan meneruskan perjalanan filsafat Al-Kindi yang membuka pintu filsafat Yunani bagi dunia Islam.

Julukan guru kedua yang disematkan kepada al-Farabi antara lain dengan alasan; Pertama, sangat menonjol dalam Ilmu Logika (manthq) yang menjadi pondasi semua cabang ilmu, terutama Ilmu Filsafat dan Logika yang dibangun Aristoteles dijelaskan kembali dalam karyanya fi al-brat, penguasaannya terhadap Ilmu Logika dalam usia yang relatif sangat muda, bahkan mampu mengungguli gurunya Abu Bisyir Matta bin Yunus yg kala itu termasuk orang termasyhur bidang nalar yang berada Baghdad.

 kedua, al- Farabi filosof terbesar setelah filosof Yunani yg berhasil mengharmoniskan pemikiran- pemikiran Aristoteles serta Neo-Platonis.

 Ketiga, kepiawaiannya menyusun rambu-rambu pengetahuan filsafat sehingga praktis dikaji orang orang sesudahnya, ia tuangkan dalam kitab   Ihsh'ul 'Ulm.Yang Dimana dalam kitab tersebut menggunakan kategori tidak selaras yaitu ilmu ekspresi yang membahas lafadz serta panduan pengambilan dalil bayaninya, ilmu mantiq atau silogisme, ilmu pendidikan, ilmu jiwa serta teologi serta ilmu fiqh serta ilmu kalam. Dalam buku tersebut Sebagaimana Aristoteles yang membentuk rumusan filsafat serta bisa dimengerti dengan sistematis orang orang setelahnya. pada kitab Ihsha'ul Ulum al-Farabi menyebutkan beberapa kategori ilmu dan urutan mempelajarinya.

Al-Farabi berpendapat bahwa setiap yang maujud, termasuk kedalam kategori wajib al-wujud atau mumkin al-wujud; tidak ada wujud kemungkinan wujud ke tiga. Karena yang maujud itu tergolong pada kategori wajib al-wujud,yang tidak ada sebab bagi keberadaannya.

Yakni 'azali yang tidak mengalami perubahan sama sekali;yaitu akal yang murni yang merupakan demonstrasi (al-burhan) atas segala sesuatu. Makna wajib al-wujud ialah bahwa dialah satu-satunya zat yang tidak ada sekutu baginya,yaitu Allah SWT.

Tuhan menurutnya sebab pertama berasal semua wujud yang terdapat pada jagat raya ini, sama dengan konsep yang kuasa berdasarkan pemikiran Aristoteles bahwa, Ilahi Maha hayati,azali dan kekal,tiada yan paling awal dan kekal. Tiada yang paling awal darinya dan tiada yang paling akhir selainnya, tidak memerlukan iradah yang muaranya adalah sebuah pilihan ,karena yang kuasa telah sempurna. Ia tidak percaya bahwa Ilahi tiba-tiba saja memutuskan buat membentuk alam. Karena hal itu akan menyebabkan pemahaman Tuhan yang abadi dan statis dating-datang mengalami perubahan.

Al-Farabi memandang wujud yang ada merupakan mata rantai wujud abadi yang memancar dari wujud tunggal, kekal dan abadi. Penciptaan jagad raya ini terjadi dalam sepuluh emanasi secara bertingkat, masing masing membentuk bidang wujud tersendiri, langit, bintang dan seterusnya. Pada tingkat kesepuluh emanasi terhenti karena daya akal sudah melemah. Bila ditelisik hingga relung-relung pemikiran al-Farabi akan kita dapati samudera keilmuannya yang sangat luas bagai lautan yang tak bertepi.

Al-Farabi adalah Filsuf besar muslim yang banyak menyusun karya Filsafat, bahkan memadukan beberapa kejanggalan-kejanggalan, terutama antara Plato dan Aristoteles.

Aghrdh m Ba'da al-Thbi'ah, Al-Jam'u Baina Ra'yai al-Hkimain, karya ini berdasarkan beberapa asal berisi perihal kemampuan al Farabi mengulas serta mempertemukan pemikiran filsafat plato serta Aristoteles.Selain karya di atas, karya penting lainnya ialah:

  1. Ara'u Ahl Madinah al-fadhilah, kajian tentang politik.
  2. Maqalat fi Ma'ani al-Aql, berisi ulasan tentang Akal
  3. Al-Ibanah'An Ghadhi Aristo fi Kitabi Ma Ba'da al-Thabi'ah. Berisikan tentang ulasan mengenai metafisika Aristoteles.
  4. Al-Masa'il al- Falsafiyah wa Ajiwibah'Anha, berisikan tentang kajian Filsafat.

Bukti bahwa al-Farabi sebagai filosof yg mendalami filsafat Aristoteles
yaitu pada waktu Ibn Sina tidak tahu isi Maqlah f Aghrd al-Hakm f Kulli
Maqlah al-Marsm bi al-Hurf karya Aristoteles dan beliau membacanya berulangkali sampai 40 kali, akhirnya berlabuh pada karya al-Farabi yang berjudul Tahqq Gharad Aristtls f Kitb m Ba'da al-Thab'ah lalu tersingkap 'tabir gelap' isi pemikiran karya Aristoteles tersebut.

SUMBER:

Amin, A. H. (2001). Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Remaja Rosda Karya.

Arsyad, M. N. (1989). Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah. Mizan.

Murtiningsih, W. (2008). Biografi Para Ilmuan Muslim. Pustaka Insan Madani.

Wiyono, M., Pascasarjana, S., Islam, U., & Syarif, N. (2016). Pemikiran filsafat al-farabi. 18(April), 67--80.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun