Mohon tunggu...
Yaumul Mazid
Yaumul Mazid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Nama Saya Yaumul Mazid, Saya Berasal Dari Sabang, Sebuah Kota Kecil Yang Berada di ujung indonesia, Kota Sabang adalah Sebuah Pulau Kecil Yang Menjadi Titik KM 0 INDONESIA. Hobi Saya Adalah Bermain Game Dan Saya Menyukai Tentang teknologi atau sistem informasi, Walaupun Saya Berkuliah Di Jurusan Teknik Sipil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rekam Jejak Kemalikussalehan di Samudra Pasai: Menggali Sejarah dan Implementasi Lima Pilar di Era Modern by Yaumul Mazid

8 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:00 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Replika Kerajaan Samudra Pasai Yang Saya Ambil Saat Kunjungan Ke Sana Pada 1 Desember 2024

Pendahuluan

Ketika bicara soal sejarah, sering kali kita hanya berhenti pada menghafal fakta-fakta masa lalu tanpa benar-benar memahami relevansinya dengan hidup kita sekarang. Tapi, kunjungan ke Museum Samudra Pasai mengubah pandangan saya. Kerajaan ini bukan cuma tentang perdagangan atau penyebaran agama Islam; ia adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai kemalikussalehan---keimanan, ilmu, amal, akhlak, dan ukhuwah - dapat menjadi fondasi sebuah peradaban yang maju.

Membawa pelajaran dari masa lalu ke masa kini, artikel ini mengulas rekam jejak sejarah kemalikussalehan di Samudra Pasai dan bagaimana lima pilarnya bisa menjadi solusi untuk masalah modern di bidang pendidikan, ekonomi, hingga politik.

Rekam Jejak Kemalikussalehan di Samudra Pasai

Samudra Pasai berdiri pada abad ke-13 sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Dipimpin oleh Sultan Malikussaleh, kerajaan ini tidak hanya memajukan perdagangan internasional, tetapi juga menanamkan nilai-nilai Islam yang humanis dan universal. Beberapa hal yang menarik perhatian saya:

  1. Keimanan sebagai Landasan Pemerintahan:
    Sultan Malikussaleh dikenal sebagai pemimpin yang religius. Ia menerapkan hukum Islam dengan adil dan bijaksana, menjadikannya sosok yang dihormati, baik oleh rakyatnya maupun pedagang asing.

  2. Ilmu sebagai Kekuatan Peradaban:
    Pendidikan menjadi prioritas di Samudra Pasai. Mereka membangun dayah (pusat pendidikan Islam) untuk mengajarkan ilmu agama sekaligus pengetahuan duniawi seperti astronomi dan perdagangan. Bahkan, hubungan mereka dengan para pedagang Arab, India, dan Tiongkok turut membawa pertukaran ilmu yang memperkaya peradaban.

  3. Amal dan Akhlak dalam Ekonomi:
    Perdagangan di Samudra Pasai tidak hanya tentang keuntungan. Mereka menerapkan prinsip kejujuran dan keadilan, sehingga mendapatkan kepercayaan dari pedagang internasional. Ini membuktikan bahwa akhlak mulia bisa berdampingan dengan kemajuan ekonomi.

  4. Ukhuwah yang Menguatkan Perdagangan dan Diplomasi:
    Melalui hubungan dagang yang harmonis, Samudra Pasai menjadi simpul penting dalam jaringan perdagangan Asia. Persaudaraan antarnegara berkembang, bukan hanya dalam bentuk transaksi ekonomi, tetapi juga saling menghormati budaya dan agama.

Peta Sebaran Batu Nisan  Bersurat Zaman Kesulthanan Samudra Pasai Di Museum Samudra Pasai Pada 1 Desember 2024
Peta Sebaran Batu Nisan  Bersurat Zaman Kesulthanan Samudra Pasai Di Museum Samudra Pasai Pada 1 Desember 2024

Menghidupkan Lima Pilar Kemalikussalehan di Era Modern

Sejarah Samudra Pasai memberikan kita pelajaran penting: nilai-nilai kemalikussalehan tidak pernah kadaluarsa. Mereka justru semakin relevan ketika kita menghadapi tantangan modern seperti ketimpangan pendidikan, korupsi, dan krisis moral. Untuk memahami penerapannya, mari kita lihat sebuah studi kasus nyata dalam bidang pendidikan.

Studi Kasus: Program Literasi untuk Anak Pedalaman

Di Indonesia, masih banyak daerah terpencil yang belum terjangkau fasilitas pendidikan. Salah satu program inspiratif adalah "Perahu Pustaka," di mana seorang relawan membawa buku ke anak-anak pedalaman menggunakan perahu. Program ini menggambarkan bagaimana lima pilar kemalikussalehan diterapkan:

  1. Keimanan:
    Relawan ini percaya bahwa pendidikan adalah amanah, bagian dari ibadah yang membawa manfaat besar bagi umat manusia.

  2. Ilmu:
    Dengan membawa buku, ia membuka akses pengetahuan bagi anak-anak yang sebelumnya terisolasi dari dunia luar.

  3. Amal:
    Program ini adalah wujud nyata dari berbagi. Semua dilakukan dengan ikhlas tanpa berharap imbalan.

  4. Akhlak:
    Anak-anak yang membaca buku tidak hanya belajar ilmu, tetapi juga nilai-nilai moral melalui cerita yang mereka baca.

  5. Ukhuwah:
    Kolaborasi antara masyarakat lokal, donatur, dan relawan menciptakan persaudaraan yang kuat untuk mendukung pendidikan di daerah terpencil.

Relevansi dengan Bidang Lain

Tidak hanya di pendidikan, lima pilar ini juga bisa diterapkan dalam berbagai bidang lain:

  1. Ekonomi:
    Prinsip kejujuran dan keadilan dalam perdagangan Samudra Pasai dapat menjadi solusi bagi masalah korupsi dan ketidakadilan ekonomi saat ini. Model ekonomi syariah, misalnya, adalah bentuk modern dari nilai-nilai ini.

  2. Kesehatan:
    Dalam pelayanan kesehatan, amal dan ukhuwah menjadi landasan penting. Program-program seperti "Rumah Sakit Gratis" untuk masyarakat miskin adalah contoh implementasi nilai ini.

  3. Politik:
    Keimanan dan akhlak harus menjadi pedoman bagi para pemimpin agar mampu menjalankan amanah dengan jujur dan adil, seperti yang dilakukan Sultan Malikussaleh di masa lalu.

Foto Mata Uang Tertinggi Yang Berlaku Saat masa Kesulthanan Samudra Pasai. Dokumentasi Pribadi Dimuseum Pada 1 Desember 2024
Foto Mata Uang Tertinggi Yang Berlaku Saat masa Kesulthanan Samudra Pasai. Dokumentasi Pribadi Dimuseum Pada 1 Desember 2024

Refleksi dan Penutup

Kita sering memisahkan sejarah dengan kehidupan modern, seolah-olah keduanya tidak berhubungan. Padahal, seperti yang diajarkan oleh Samudra Pasai, nilai-nilai luhur yang diterapkan dengan konsisten dapat membawa kemajuan yang nyata.

Kemalikussalehan bukan hanya konsep abstrak; ia adalah pedoman yang bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Jika kita mampu menghidupkan lima pilar ini - keimanan, ilmu, amal, akhlak, dan ukhuwah---dalam keseharian, kita tidak hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga menciptakan peradaban yang lebih baik untuk masa depan.

Sebagai generasi penerus, tugas kita adalah menerjemahkan pelajaran dari masa lalu ke dalam tindakan nyata. Sejarah Samudra Pasai sudah membuktikan bahwa hal itu mungkin, sekarang giliran kita untuk melanjutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun