Dari Lauk Untuk Anak, Menjadi Industri Rumahan Yang Menjanjikan
Beberapa ibu tampak sedang  mengemas hasil  produksi Karyadimeja.  Sesekali anak-anak kecil berlarian, bermain tak jauh dari ibunya bekerja.  Terlihat ada seorang nenek yang usianya sudah tujuhpuluhan tahun tetapi masih  kuat dan tampak  lebih muda dari  usianya. Sang owner Karyadimeja, Rini Puspitaningtiyas menuturkan, nenek itu ketika muda berjualan jenang dodol, tangannya sudah terbiasa mengaduk legit dan lengketnya dodol.  Jika kini, hanya mengaduk abon, bukanlah pekerjaan yang berat. Usia ternyata  tak menghambat produktivitasnya. Salut yaa... Rumah produksi Karyadimeja memang mempekerjakan ibu-ibu tetangga terdekat untuk membantu produksinya.
Mengenal Rumah Produksi Karyadimeja
Karyadimeja adalah rumah produksi yang didirikan  pada sekitar bulan Februari 2017 oleh Rini Puspitaningtiyas, seorang ibu muda dari sebuah dusun yang terletak di kecamatan  Moyudan Sleman. Lokasi desa ini terletak kurang lebih 14 km sebelah barat  kota Yogyakarta.  Lokasi pedesaan yang tidak dekat dengan pusat kota atau jalan raya, tentu tidak menjadi penghambat untuk memajukan usaha.
Dinamakan Karyadimeja, karena sang owner berharap dia akan menjadi produsen lauk praktis yang disediakan di meja. "Intinya adalah membuat karya yang disajikan di meja, " tambahnya. Â Dan kini Karyadimeja sudah memproduksi abon lele, abon ayam, wader goreng, dan beberapa cemilan lainnya. Dan dia memilih nama brand atas produknya adalah Aboni, nama yang simple dan mudah diingat, karena tak jauh dari nama asli benda yang dijualnya.
Rini Puspitaningtiyas yang memiliki tiga anak kecil ingin membuat kreasi lauk untuk anaknya. Karena anaknya menyukai lele, maka dia memikirkan bagaimana mengolah lele, dan menghasilkan olahan yang lebih praktis. Kemudian dia mulai mencari tahu tentang abon lele di internet. Â Lantas, iapun mempraktekkan, cara membuat abon, hingga dia merasa cocok dengan rasa dan tekstur yang sesuai seperti yang diinginkannya. Â Dia juga membagikan ke tetangga, dan mendapat respon yang bagus, tetangganya banyak yang suka.
Kemudian dia berminat untuk menitipkannya di warung-warung atau toko terdekat. Hingga pada suatu hari, dia mendapat kesempatan mengikuti study banding di Bandung, dan belajar tentang pemasaran dengan cara online. Dan sepulang dari Bandung, mba Rini memantapkan untuk berhenti dalam penjualan offline seperti yang dilakukannya yaitu  titip di warung/toko terdekat. Dia mulai focus di penjualan secara online.
Dia mengganti packaging produk dengan kemasan baru yang lebih menarik dan gencar memasarkan produknya melalui media social. Sekarang, sudah memiliki lebih dari 50 reseller dari Sumatera, Jawa, Bali.
Target produksi 100 pack per hari. 1 pack berisi 100 gram, yang dikerjakan oleh 4 orang, mulai pukul delapan pagi hingga  pukul tiga sore.