Di usia yang sudah kepala tiga ini, Dinda belum juga menikah. Teman-temannya bilang, dia cantik, seksi, mandiri, tetapi sedikit galak. Sifat galak ini, sering membuat pria yang ingin mendekatinya mengurungkan niat dan memilih mundur teratur. Dia merasa sulit jatuh cinta. Entah, sudah berapa banyak pria yang ditolaknya mentah-mentah, dengan alasan tidak masuk dalam kriterianya. Kendati begitu, masih ada beberapa pria yang masih setia dan telaten ingin mengambil hatinya, walaupun Dinda sangat sulit ditaklukkan.
"Dinda, kamu tidak malu dibilang perawan tua, usiamu sudah tiga puluh empat tahun. Kalau mau mencari yang benar-benar sempurna, sampai kapan?" Kata Ibu.
"Kalau sudah ada yang cocok, aku pasti akan menikah, Bu. Aku tak ingin menikah, hanya untuk mengejar status."
"Sadarlah, kamu ini anak tunggal, segeralah menikah, kau tak ingin membuat hati Ibu senang?"
Dinda terdiam. Kegalauan ibunya, adalah kepedihannya. Tetapi, ibunya tak pernah mengerti, ada satu rahasia yang membuat Dinda takut untuk menikah. Ancaman dari seseorang yang mengerikan. Dinda hanya bisa mengulur-ulur waktu dan memberi harapan palsu kepada Ibunya, entah sampai kapan. Pasrah dan doa kepada Tuhan, hanya dengan cara itu, agar ada jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya sendiri. Masalah yang akan tetap menjadi rahasia demi keselamatannya.
"Suatu hari terdengar kabar, Om Pras mengalami kecelakaan. Om Pras adalah adik Ibu satu-satunya, yang tidak menikah meski usianya hanya terpaut beberapa tahun dengan Ibu. Adik yang sangat disayangi oleh Ibu.
"Dinda, segera antar Ibu ke rumah sakit, Om Pras kecelakan dan kondisinya kritis," Kata Ibu sambil menangis.
"Kecelakaan di mana, Bu?"
Ibu tak menjawab, hanya tangisnya yang semakin mengeras. Tanpa banyak bicara, mereka pun bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, ternyata Om Pras telah meninggal. Ibu menangis histeris, serasa tak percaya adik yang sangat disayanginya pergi begitu cepat.
Beberapa hari berlalu, setelah kematian Om Pras, Ibu masih terlihat sedih. Bagi Dinda, hal yang bisa membahagiakan Ibunya adalah jika dia segera menikah.
"Ibu, Om Pras telah pergi, jangan terus-menerus larut dalam kesedihan," Dinda mencoba menghibur.
"Dia saudara kandung Ibu, satu-satunya, bagaimana Ibu tidak sedih? Sekarang tinggal kamu penerus keluarga ini. Dan kamu juga belum mau menikah." Raut muka Ibu sungguh memelas.
"Ibu, dalam waktu dekat, aku akan segera menikah, ada seseorang yang setia menungguku ."
"Kau hanya mengibur Ibu saja. Itu sudah sering kau katakan."
"Aku serius, Bu. Kalau Ibu tidak percaya, hari ini juga, dia bisa datang kemari untuk melamarku."
Dinda meyakinkan, kali ini dia tak akan membohongi Ibunya.
Mungkin ini sudah menjadi takdir. Dinda tak ingin Om Pras meninggal, meskipun selama ini, dia sudah mengancam hidup Dinda. Mengancam akan membunuh, siapapun yang akan menjadi suami Dinda, karena dia terlalu mencintai Dinda. Cinta yang salah, yang dipelihara sejak Dinda duduk di bangku SMU. Dan kisah itu akan tetap menjadi rahasia hidup Dinda. Kini, tak ada lagi yang akan menghalangi Dinda menikah.
*****
Jogja, 27042015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H