Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Sang Pewaris #Bab 11

9 April 2021   20:07 Diperbarui: 9 April 2021   20:12 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Memangnya kamu pikir mau pergi ke arisan, harus sama Mama segala? Cepetan sebelum kesorean!"

"Iya, Ma!" sahut Utari patuh. Tidak ada gunanya berdebat dengan mama. Hidupnya sudah tenang karena tidak direcoki lagi dengan masalah pernikahan. Bahkan Rika seperti tidak peduli mengenai latar belakang, bagaimana kedua orang itu bisa bersama.

Setelah mandi cepat dan berpakaian rapi, Utari segera melaksanakan perintah sang Mama. Rika mengantar Utari hingga ke gerbang rumah, menatap motor matic sang putri yang kian jauh.

"Mama melakukan ini juga demi kebaikan kamu, sayang. Bagus Pandhita adalah pria terbaik untukmu." Rika mengusap air bening yang mulai mengalir membanjiri pipinya.

Sementara Utari terus melajukan motor menuju sisi lain kota. Dia memang belum pernah mengunjungi kediaman Rekshananta, namun semua orang mengetahui letak rumah itu. Dia hanya pernah bertemu dengan ibu Naira, ibunya Bagus ketika acara pertunangan. Setelah itu, Utari tidak pernah berjumpa lagi dengan siapapun anggota keluarga itu.

Namun wanita itu kerap menghubunginya. Naira seperti ingin mengakrabkan diri dengan sang calon menantu. Mereka sering berbincang mengenai banyak topik, hingga kedekatan itu benar-benar terjalin. Beberapa kali Naira ingin Utari datang berkunjung, tapi gadis itu memiliki seribu alasan untuk menolak.

Tapi kali ini tidak ada alasan lagi.

Saat Utari tiba, gerbang rumah bertembok keliling tinggi itu sudah dibuka. Utari melajukan motornya pelan memasuki area halaman luas yang tampak sejuk dengan berbagai tanaman buah. Ada sebuah Gazebo di bawah sebuah pohon sawo besar, dengan pot-pot berisi bunga aneka jenis di pinggir.

Utari dibuat takjub dengan sebuah rumah joglo besar di depannya. Dia tidak pernah menyangka, jika rumah keluarga Rekshananta ternyata masih begitu tradisional. Naira tampak berdiri di Pendopo luas dengan memakai kebaya hitam, bersama seorang wanita setengah baya dengan pakaian sama.

Utari menatap pakaiannya sendiri, setelah memarkir motornya di salah satu sudut halaman. Dia hanya memakai kemeja sederhana yang dipadukan dengan rok panjang model mengembang dengan motif bunga-bunga. Bahkan rambut panjangnyapun hanya diikat sekenanya.

"Akhirnya cah ayu datang berkunjung juga. Maaf ya, kalau kondisi rumah kami seperti ini," sambut Naira hangat setelah membalas salam dan Utari mencium tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun