Mohon tunggu...
yasyifa pramesti
yasyifa pramesti Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASIWA

ceria, memiliki ketertarikan di dunia seni.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sakit Kulit Menjadi Tantangan Bagi Manusia Silver

22 Desember 2022   14:50 Diperbarui: 23 Desember 2022   00:41 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia Silver atau pria perak adalah orang yang sering kita jumpai di pinggir jalan, dengan tubuh penuh cat atau bubuk perak. Manusia perak yang paling sering kita temui ini, kebanyakan laki-laki dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Laki-laki perak rela tampil setengah telanjang dengan celana hitamnya saja. (18/12)

Fenomena manusia silver atau manusia perak sudah ramai saat wabah Covid melanda sampai saat ini. Alasan mengapa adanya pekerjaan manusia perak ini begitu diminati, sebab bentuk upaya untuk bertahan hidup akibat wabah Covid muncul.

Wabah Covid yang telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah memberikan dampak yang besar pada berbagai aspek kehidupan. Banyak orang yang penghasilannya menurun, bahkan tidak bisa menambah penghasilan karena tidak ada lowongan pekerjaan baru. Hal ini tentu saja mempersulit masyarakat menengah ke bawah untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keberadaan mereka sering dijumpai di pinggir jalan atau tempat umum lainnya, mereka mengharapkan uang dari usaha aksinya. Selain di ibu kota penampakan manusia perak ini dapat kita jumpai dikota lainnya.

Bahaya Penggunaan Cat di Kulit

Gatal di tubuh yang mengkilap saat sedang beraktivitas sudah biasa bagi atau manusia perak, melukis seluruh tubuhnya dengan cat seperti manusia perak memiliki risiko berbahaya. Hal ini dikarenakan cat yang biasa digunakan pada orang perak adalah pewarna kain.

Dokter umum Dr. Devina Hangganararas menjelaskan kalau akan ada dampak pemakaian dari cat tersebut.

Devina menegaskan, simpelnya karena itu bahan cat yang bukan untuk tubuh manusia, namun untuk tembok, sablon atau kain, kemungkinannya bisa membahayakan kulit.

“Pewarna yang biasa digunakan oleh manusia perak ini sangat berbahaya, apa lagi itu bahan tekstil, berbahaya sekali. Sebetulnya seperti riasan, pewarna rambut saja sudah dapat menyebabkan alergi,” Selasa (29/11).

Salah satunya Feri (22) bekerja sebagai manusia perak, dia mengakui pekerjaan ini sangat tidak mudah, dalam menjalani aksinya Feri memerlukan cat sablon dan minyak sayur yang akan dipoleskan ke seluruh kulitnya. Sementara, untuk menghapus cat tersebut, dirinya membutuhkan sunlight dan membilas sebanyak empat kali. 

Feri mengakui matanya sering sakit jika menggunakan cat sablon tersebut di tubuhnya dengan waktu yang sangat lama.

“Untuk membersihkan cat ini saya pakai sunlight sampai empat kali, kalau pakai sabun biasa tidak mempan sama sekali, kalau kelamaan tidak dibersihkan kadang sampai gatal, terus setelah saya bersihkan pakai sunlight gatalnya tetap tidak hilang, paling dua hari kalau saya ga berangkat, baru hilang,” Selasa (29/11).

Feri mengakui sudah 2 tahun menjalani pekerjaan ini. Feri memilih sebagai manusia perak dikarenakan hanya memiliki ijazah Sekolah Dasar. Dirinya merantau dari Jawa Tengah dan kini ia tinggal di kabupaten Tangerang, untuk menjalankan aksinya sebagai manusia perak, Feri menumpang mobil ke Jakarta. Sebelumnya Feri bekerja sebagai seorang pencuci mobil namun sayangnya nasib berkata lain. Awal mula Feri bekerja bersama temannya, namun kini Feri harus bekerja sendiri dikerasnya ibu kota.

“Awalnya saya kerja cuci mobil, saya sebagai manusia perak karena tergiur ajakan teman, dia bilang pendapatannya lumayan,” ujarnya.

Feri mengakui pendapatannya paling tinggi mencapai Rp.80.000,00 tidak hanya itu, terkadang Feri juga mendapatkan bantuan sembako dari orang yang lewat melihat dia.

“Ternyata sehari paling Rp.80.000,00 itu juga kalau banyak yang kasih, kadang Rp.15.000,00 dari pagi sampe malam, pernah saya tidak dapat sama sekali,” ujarnya.

Hujan penyebab feri mendapatkan penghasilan kecil, serta peringatan dinas sosial yang mengurungkan niat feri menjalankan pekerjaanya.

“Sebenarnya saya tidak mau bekerja seperti ini, tapi kalau ada pekerjaan yang lebih baik, apapun itu saya akan ambil,” Selasa (29/11).

Cat Silver Bisa Berdampak Pada Kulit

Devina mengatakan dampak cat perak pada kesehatan kulit dapat menyebabkan kanker kulit.

"Ada dampak jangka pendeknya yang rasanya seperti gatal, alergi serta ruam diberapa bagian yang mereka cat," ujar Devina.

Kemudian bagian yang paling tidak mengenakkan timbul rasa gatal dan panas sebagai tanda utama manusia perak ini sudah terjangkit alergi.

“Pada reaksi yang parah, bahkan bisa menyebabkan pelepuhan dan kematian jaringan kulit,”. Ujar Devina Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tidak hanya itu, jika cat digunakan pada bagian tubuh yang rentan seperti mata, hidung dan bibir dapat menimbulkan efek terbakar, mudah masuk ke aliran darah, sehingga berisiko masuk ke saluran pernafasan, menyebabkan penyakit paru-paru.

Menurutnya bahaya penggunaan cat silver dalam jangka panjang ini adalah efek teratogen dalam cat, yang dapat menyebabkan kanker kulit.

Bayangkan saja menahan rasa gatal ditengah teriknya matahari, dengan dipenuhi cat sablon yang baunya tidak sedap, sesulit itukah mencari uang di ibu kota hanya dengan ijazah Sekolah Dasar ?

Yasyifa Pramesti, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Semester 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun