aku mulai menulis narasi ini dengan perasaan linglungÂ
entah apa penyebab utamanya, masih ku pilah dalam murung
ini semua tentang kamu
tentang waktu yang sebenarnya sudah memisahkan banyak hal tentangmu
tentang kamu yang seharusnya sudah kulupa
aku ..Â
gagal dalam melupakanmu, secepat kamu melupakanku
masih banyak yang belum sempat aku sampaikan padamu
tentang bagaimana aku tidak bisa tanpamu
tentang bagaimana rasanya kehilangan bertubi-tubi hingga merasa gagal dalam diri
entahlah ..
mungkin aku akan tetap mengeras kepalakan minatku untuk menunggumuÂ
biarkan waktuku menjadi ajang kesia-siaan yang tidak perlu kamu tau
hingga jika akhirnya dengan ajaibnya waktu mempertemukan kita dengan versi yang lebih baik
atau bahkan akhirnya dengan bijaknya waktu aku dapat melupakanmu walau dalam dekade yang lama
tak apa ..
segala bentuk keadilan di dunia ini aku terima dengan lapang dada
berharap tanpa tau yang diharap dimana
namun dalam hatiku tak luput dari kata semoga
tentu saja semogaku adalah yang kau temui disana adalah manusia-manusia yang senantiasa menerimamu, selapang aku menerima kekurangan dan segala bentuk sakit karenamu
sampai bertemu dilain takdir
aku masih disini
membawa sepotong hatiÂ
yang sedang menunggu pemiliknya.