"Kenapa sih kita kerja selalu buru-buru, tapi hasilnya malah kayak nggak maksimal?" tanya seorang rekan kerja sambil menyeruput kopinya. "Kadang aku mikir, apakah gaya kerja kita di sini itu yang terbaik?"
Aku tersenyum kecil, lalu menjawab santai, "Mungkin bukan soal benar atau salah, tapi lebih ke cocok atau nggak. Coba deh, lihat kebiasaan kerja di negara lain. Kadang ada yang aneh, tapi ternyata mereka malah lebih produktif."
Ia memandangku penuh rasa ingin tahu. "Emang ada? Contohnya gimana?"
Menengok Budaya Kerja di Negara Lain
Setiap negara punya caranya sendiri dalam bekerja, dan itu mencerminkan nilai-nilai mereka. Tidak ada yang benar-benar sempurna. Tetapi, kalau kita melihat lebih dalam, ada kebiasaan-kebiasaan unik yang bisa memberikan dampak positif pada cara kita bekerja.
1. Jepang: Disiplin Waktu dan Rasa Hormat
Di Jepang, keterlambatan bukan sekadar tidak sopan, tapi dianggap sebagai tanda ketidakprofesionalan. Orang Jepang sangat menghargai waktu, sehingga mereka sering datang lebih awal ke kantor atau rapat. Selain itu, budaya kerja mereka menekankan rasa hormat, baik kepada atasan maupun rekan kerja.
Tapi di balik semua itu, ada sisi beratnya. Mereka terkenal dengan budaya lembur hingga muncul istilah "karoshi," atau kematian akibat kerja berlebihan. Jadi, apakah kita perlu meniru semua aspek ini? Tidak juga. Tapi, belajar menghormati waktu dan rekan kerja bisa membawa suasana yang lebih positif ke tim kita.
2. Swedia: Fika dan Kebahagiaan di Tempat Kerja
Bayangkan ini: Anda sedang bekerja, lalu rekan-rekan Anda mengajak istirahat untuk menikmati kopi dan kue bersama. Di Swedia, kebiasaan ini disebut fika. Konsepnya sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Fika memberikan waktu untuk bersosialisasi dan menyegarkan pikiran, sehingga pekerja kembali dengan energi baru.
Namun, jujur saja, apakah semua perusahaan di Indonesia akan menerima ide ini? Belum tentu. Mungkin ada yang berpikir ini membuang waktu. Tapi, siapa tahu? Mungkin dengan istirahat singkat seperti ini, produktivitas justru meningkat.
3. Korea Selatan: Kerja Keras dan Komitmen Tinggi
Orang Korea dikenal dengan dedikasi tinggi terhadap pekerjaan mereka. Jam kerja panjang adalah hal biasa. Mereka bekerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal.
Namun, apakah ini selalu positif? Tidak selalu. Budaya kerja seperti ini sering kali membuat pekerja stres dan kehilangan waktu bersama keluarga. Tapi, belajar dari semangat dan komitmen mereka bisa jadi inspirasi, terutama ketika kita menghadapi proyek besar atau tenggat waktu ketat.
4. Denmark: Fleksibilitas dan Fokus pada Kebahagiaan
Di Denmark, keseimbangan hidup dan kerja adalah prioritas utama. Mereka percaya bahwa pekerja yang bahagia akan lebih produktif. Jam kerja fleksibel adalah salah satu cara mereka untuk mencapainya.
Tapi, fleksibilitas ini mungkin sulit diterapkan di budaya kerja kita. Bagaimana jika ada yang memanfaatkan fleksibilitas itu untuk bekerja kurang maksimal? Ini tantangan yang perlu dihadapi. Namun, memberikan sedikit ruang fleksibilitas mungkin bisa menjadi langkah awal yang baik.
5. Spanyol: Siesta dan Pola Kerja Unik
Di Spanyol, "siesta" atau tidur siang adalah bagian dari budaya mereka. Setelah makan siang, banyak pekerja mengambil istirahat beberapa jam untuk tidur atau sekadar bersantai sebelum kembali bekerja.
Mungkin terdengar aneh di telinga kita, apalagi di lingkungan yang menuntut produktivitas tanpa henti. Tapi, ada logikanya. Dengan istirahat, tubuh dan pikiran lebih segar, sehingga bekerja menjadi lebih efektif.
6. Amerika Serikat: Individualisme dan Kreativitas
Budaya kerja di Amerika sangat menekankan individualisme dan kebebasan berekspresi. Pekerja diberi kebebasan untuk mengambil inisiatif dan menemukan solusi kreatif.
Namun, ini juga berarti tanggung jawab lebih besar pada individu. Tidak ada yang akan mengatur pekerjaan Anda secara detail. Apakah ini cocok untuk semua orang? Belum tentu. Tapi, belajar untuk lebih mandiri dan berani mengambil inisiatif bisa menjadi nilai tambah di tempat kerja.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Sekarang, coba tanyakan pada diri Anda: dari semua budaya kerja ini, mana yang menurut Anda paling cocok dengan situasi Anda saat ini? Apakah Anda butuh lebih banyak disiplin seperti Jepang, atau fleksibilitas seperti Denmark?
Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Tapi, yang pasti, kita bisa memetik hal-hal baik dari budaya kerja ini dan menerapkannya sesuai kebutuhan.
Dialog Reflektif dengan Diri Sendiri
"Apa sebenarnya yang saya cari dari pekerjaan ini? Apakah saya hanya mengejar hasil, atau saya ingin menikmati prosesnya juga?"
Pertanyaan ini terus terngiang di kepala saya ketika membaca tentang berbagai kebiasaan kerja di negara lain. Saya sadar, mungkin kita terlalu fokus pada produktivitas dan lupa pada kualitas hidup.
Menerapkan kebiasaan unik dari negara lain mungkin tidak mudah, apalagi jika itu bertentangan dengan budaya kerja yang sudah ada. Tapi, jika perubahan kecil seperti memberikan waktu istirahat atau menekankan kebebasan berekspresi bisa membuat kita lebih bahagia, bukankah itu layak dicoba?
Jadi, mari kita renungkan lagi. Apakah kita bekerja untuk hidup, atau hidup untuk bekerja? Bagaimana kita bisa membawa hal-hal positif dari budaya lain ke dalam keseharian kita? Mungkin jawabannya ada di antara fika, siesta, atau sekadar menghormati waktu lebih baik. Tapi pada akhirnya, semuanya kembali pada diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H