Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menulis: Healing Terbaik untuk Jiwa yang Lelah

23 September 2024   15:10 Diperbarui: 23 September 2024   15:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Menulis, sebuah aktivitas sederhana yang sering kali dipandang sebelah mata. Apalagi di era digital seperti sekarang, ketika orang lebih suka mengunggah foto atau video daripada menulis panjang-panjang. Namun, di balik kata-kata yang tertulis, ada kekuatan yang bisa menyembuhkan jiwa. Menulis adalah healing terbaik yang bisa kita lakukan, bukan hanya untuk meredakan stres, tapi juga untuk memahami diri sendiri dengan lebih baik.

Mari kita mulai dari satu pertanyaan sederhana: Mengapa menulis bisa menjadi proses penyembuhan yang begitu ampuh? Bukankah menulis itu justru menambah beban, terutama jika kita harus berpikir keras untuk merangkai kata? Tapi justru di sanalah letak keajaibannya. Ketika kita menulis, kita sedang memberi ruang bagi diri sendiri untuk berbicara, mendengar, dan memahami apa yang sering terabaikan oleh rutinitas sehari-hari. Tulisan menjadi cermin jiwa, yang merefleksikan segala hal yang tersembunyi di balik perasaan kita.

Bayangkan saja, setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan, sering kali kita hanya ingin merenung, mencari tempat untuk bersembunyi dari segala hiruk pikuk dunia. Namun, bukannya menyelesaikan masalah, perasaan tertekan itu justru terus menumpuk. Tidak ada ruang untuk meluapkannya. Ini seperti lemari yang penuh sesak, dan kita terus menjejalkan baju di dalamnya tanpa pernah mengeluarkan yang lama.

Menulis adalah cara untuk membuka lemari itu dan mulai mengeluarkan semua hal yang menyesakkan. Setiap kata yang tertuang di atas kertas adalah langkah kecil untuk mengurangi beban yang kita pikul. Tanpa sadar, ketika kita menulis, kita sedang membuang perasaan yang terpendam, melepaskan apa yang selama ini kita pendam dalam diam. Dalam proses itu, pikiran menjadi lebih jernih, beban terasa lebih ringan.

Banyak dari kita mungkin pernah mendengar istilah "journaling" sebagai metode untuk meredakan stres. Ini bukan tren baru, tetapi sebenarnya sudah ada sejak lama. Bahkan beberapa tokoh besar dunia, seperti penulis dan filsuf, menggunakan menulis sebagai cara untuk menyelesaikan konflik batin mereka. Melalui tulisan, mereka dapat memproses perasaan yang rumit, menemukan ketenangan, dan bahkan menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi.

Menulis bukan hanya soal merangkai kata, tetapi juga soal menyatukan pikiran dan emosi. Ketika kita menulis tentang pengalaman hidup, kita tidak hanya menuliskannya sebagai fakta-fakta yang terjadi. Ada perasaan, ada interpretasi, dan ada makna yang kita sisipkan di dalamnya. Menulis memungkinkan kita untuk melihat pengalaman tersebut dari sudut pandang yang lebih luas, dan mungkin menemukan hal-hal yang selama ini tidak kita sadari.

Coba bayangkan ketika kita menulis tentang hari yang buruk. Di awal, mungkin tulisan kita dipenuhi dengan keluhan dan perasaan marah. Namun, seiring kita menulis, ada momen-momen di mana kita mulai berpikir lebih jernih. Kita mulai menganalisis apa yang sebenarnya membuat kita marah, apakah hal itu benar-benar penting, dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya. Di sinilah kekuatan menulis bekerja: kita tidak hanya meredakan emosi, tetapi juga memahami akar masalahnya.

Sebagai sebuah proses refleksi, menulis membantu kita untuk lebih mengenal diri sendiri. Terkadang, kita tidak benar-benar menyadari apa yang kita rasakan hingga kita menuliskannya. Kata-kata yang tertuang di atas kertas menjadi jendela untuk melihat lebih dalam ke dalam hati dan pikiran kita. Hal ini, secara tidak langsung, memberi kita kesempatan untuk sembuh dari luka-luka yang mungkin tidak kita sadari ada.

Banyak dari kita membawa beban masa lalu yang berat. Kenangan buruk, kekecewaan, atau penyesalan yang tak kunjung hilang. Menulis adalah salah satu cara terbaik untuk mendamaikan masa lalu itu. Ketika kita menuliskan apa yang telah terjadi, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk memprosesnya, menerima kenyataan, dan akhirnya, melepaskannya.

Menulis tentang masa lalu bukan berarti kita terjebak di dalamnya. Sebaliknya, menulis memungkinkan kita untuk bergerak maju. Melalui proses ini, kita dapat merangkul masa depan dengan lebih baik. Bagaimana bisa? Karena ketika kita sudah menyelesaikan "konflik" dengan masa lalu, kita lebih siap untuk menghadapi apa yang akan datang.

Bahkan jika menulis tentang masa depan, seperti menulis jurnal harian atau menuliskan impian dan rencana, itu bisa memberi kita motivasi dan arah. Menulis membuat kita lebih fokus pada tujuan, dan dengan sendirinya, membantu kita untuk lebih percaya diri dalam menghadapi apa yang ada di depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun