Bing beng bang, Yok kita ke bank
Bang bing bung, Yok kita nabung
Tang ting tung, Hey jangan dihitung
Tau-tau nanti dapat untung.
(Lirik lagu "Menabung" -- Titiek Puspa)
Pada era 1990-an, pesan dalam lagu "Menabung" karya Titiek Puspa begitu sederhana dan jelas: menyisihkan uang untuk masa depan adalah langkah bijak.Â
Namun, di masa kini, prinsip tersebut semakin sulit diterapkan. Meski memiliki pendapatan tetap, banyak orang merasa seolah-olah uang mereka tidak pernah cukup untuk ditabung.Â
Alih-alih memprioritaskan menabung atau berinvestasi, banyak yang justru terjebak dalam pola konsumsi berlebihan.Â
Pertanyaannya, mengapa menabung di era modern menjadi lebih sulit? Apakah perkembangan gaya hidup dan teknologi telah memudarkan nilai menabung?
Jawaban atas pertanyaan ini lebih kompleks dari yang terlihat. Di tengah kemudahan akses kredit dan tekanan sosial yang semakin kuat, banyak orang kesulitan mengendalikan pengeluaran.Â
Mari kita lihat beberapa alasan mengapa banyak orang, terutama generasi modern, semakin sulit menyisihkan uang di tengah tuntutan konsumsi yang terus meningkat.
Salah satu penyebab utama kesulitan menabung adalah tekanan sosial, terutama dari media sosial. Di era digital ini, kebutuhan untuk "tampil" dan mengikuti tren sangat kuat.Â
Setiap hari kita terpapar oleh gambar-gambar dari teman, influencer, dan selebriti yang memamerkan gaya hidup mewah, barang-barang terbaru, atau perjalanan liburan eksotis.Â
Tekanan ini secara tidak langsung memengaruhi banyak orang untuk ikut mengadopsi gaya hidup serupa, meski harus mengorbankan tabungan.