Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Janji Politik dan Realitas yang Tak Pernah Selesai

8 September 2024   07:11 Diperbarui: 8 September 2024   07:20 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, meskipun kita tahu bahwa janji politik sering kali tak terwujud, kita tetap berharap. Harapan adalah bagian dari manusia. Kita, dalam kerentanannya, selalu ingin percaya bahwa perubahan adalah mungkin. Kita ingin percaya bahwa mereka yang kita pilih untuk memimpin benar-benar memiliki kemampuan untuk membawa kita ke arah yang lebih baik. Dan dalam momen-momen itu, janji politik menjadi lebih dari sekadar retorika kosong---ia menjadi simbol dari apa yang kita anggap mungkin.

Tetapi, apakah kita harus terus-menerus membiarkan diri kita diperdaya oleh janji-janji yang tak terwujud? Apakah kita akan terus memilih berdasarkan harapan, sementara kenyataan selalu mengecewakan? Ini adalah pertanyaan yang harus kita hadapi sebagai warga negara yang sadar dan kritis. Kita perlu memahami bahwa janji politik bukanlah kunci satu-satunya untuk perubahan. 

Sering kali, perubahan datang bukan dari janji yang diucapkan, tetapi dari tindakan yang diambil, dari kebijakan yang dijalankan, dan dari tanggung jawab yang dipikul oleh pemimpin.

Di sini, tanggung jawab kita sebagai rakyat adalah lebih dari sekadar memilih. Kita harus mampu menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang berjanji, untuk tidak membiarkan janji-janji itu menjadi sekadar mimpi yang hilang. Kita harus belajar untuk tidak terjebak dalam ilusi kata-kata, tetapi melihat tindakan yang nyata. Tindakan yang berbicara lebih keras daripada janji.

Namun, harus diakui, politik bukanlah dunia yang hitam dan putih. Janji politik mungkin gagal bukan karena niat buruk, tetapi karena realitas yang lebih rumit dari yang dapat kita bayangkan. Dunia tidak bergerak sesuai dengan kehendak satu individu, betapapun kuatnya janji yang diucapkan. 

Ada begitu banyak faktor yang memengaruhi kebijakan dan keputusan, yang sering kali berada di luar kendali seorang pemimpin. Dalam konteks inilah, kita harus melihat politik dengan lebih dewasa---tidak sekadar menghakimi dari janji yang tak terpenuhi, tetapi juga dari proses dan upaya yang dilakukan.

Janji politik, pada akhirnya, adalah bagian dari perjalanan demokrasi. Ia mengingatkan kita bahwa politik adalah tentang visi, tentang arah yang hendak kita tuju sebagai sebuah bangsa. Tetapi, ia juga mengingatkan kita bahwa jalan menuju visi tersebut tidak pernah mulus. Ada liku-liku yang harus dihadapi, ada rintangan yang harus dilewati, dan ada kekecewaan yang mungkin tak terhindarkan.

Di tengah semua ini, kita harus tetap menjaga kesadaran kritis kita. Kita harus tetap bertanya, mengapa janji-janji itu tidak terwujud? Apa yang salah dalam sistem kita? Apakah pemimpin kita benar-benar berusaha, ataukah mereka hanya mempermainkan harapan kita? 

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus terus kita ajukan, karena demokrasi bukan hanya tentang memilih, tetapi juga tentang menjaga agar mereka yang kita pilih bertanggung jawab atas apa yang mereka janjikan.

Janji politik adalah sebuah paradoks. Di satu sisi, ia memberikan harapan; di sisi lain, ia sering kali membawa kekecewaan. Namun, di antara harapan dan kekecewaan itu, kita belajar---tentang politik, tentang kekuasaan, dan tentang realitas. Dan pada akhirnya, mungkin itu yang terpenting: bahwa kita tidak berhenti belajar. 

Bahwa kita tetap waspada, tetap kritis, dan tetap berharap, meskipun tahu bahwa tidak semua janji dapat ditepati. Karena dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, harapan, betapapun rapuhnya, adalah satu-satunya yang tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun