Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tragedi di Tengah Kesibukan: Ketika Nyawa Hilang Karena Kelaparan

19 Agustus 2024   10:15 Diperbarui: 19 Agustus 2024   10:21 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini, berita tragis datang dari Medan, Sumatera Utara, di mana seorang driver ojek online (ojol) kehilangan nyawanya akibat kelaparan. Kisahnya memilukan hati, terlebih lagi karena saat kejadian, ia tengah menerima orderan untuk membeli makanan. Ironi yang begitu pahit, di mana seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya justru tidak mampu membeli makanan untuk dirinya sendiri. Ketika mendengar kabar ini, ada perasaan campur aduk yang sulit untuk dijelaskan: marah, sedih, sekaligus merasa bersalah.

Mengetahui ada orang di sekitar kita yang harus kehilangan nyawanya karena kelaparan adalah pukulan yang berat. Apalagi di era modern seperti sekarang, di mana teknologi telah memungkinkan kita untuk terhubung secara instan, rasanya sulit dipercaya bahwa masih ada orang yang meninggal karena tidak memiliki cukup uang untuk makan. Perasaan bersalah itu muncul karena sadar bahwa kita, yang mungkin memiliki lebih, tidak melakukan cukup untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Seolah dunia ini sudah berjalan dengan tempo yang begitu cepat, kesibukan kita sehari-hari membuat kita abai terhadap kenyataan bahwa masih banyak orang di luar sana yang berjuang hanya untuk bertahan hidup. Kisah driver ojol ini bukan hanya tentang kelaparan, tetapi tentang bagaimana masyarakat modern ini telah terfragmentasi sedemikian rupa, hingga ada yang harus mati dalam kesendirian, tanpa seorang pun yang tahu bahwa ia sedang kelaparan.

Dari kejadian ini, kita bisa memetik pelajaran penting. 

Pertama, bahwa kita sebagai masyarakat sudah sepatutnya lebih peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Di tengah-tengah rutinitas yang menyibukkan, sering kali kita lupa bahwa ada orang-orang di sekitar kita yang mungkin tidak seberuntung kita. Mereka yang bekerja keras setiap hari, namun masih harus berjuang hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.

Kedua, tragedi ini menyadarkan kita bahwa kemiskinan masih menjadi masalah yang sangat nyata di negeri ini. Banyak orang yang bekerja dalam sektor informal, seperti driver ojol, yang pendapatannya tidak menentu dan tidak memiliki jaminan sosial yang memadai. Mereka adalah kelompok yang paling rentan terhadap guncangan ekonomi, seperti kenaikan harga bahan pokok atau biaya hidup yang semakin tinggi.

Kisah ini juga menunjukkan betapa pentingnya memiliki jaringan sosial yang kuat. Dalam masyarakat tradisional, konsep gotong-royong dan solidaritas antarwarga sangat kuat. Namun, dalam masyarakat modern yang semakin individualistis, konsep ini perlahan-lahan memudar. Ketika seseorang seperti driver ojol ini jatuh ke dalam kesulitan, sering kali ia tidak memiliki siapa pun untuk dimintai bantuan.

Pertanyaan berikutnya yang perlu kita renungkan adalah bagaimana cara kita memastikan bahwa tragedi seperti ini tidak terulang lagi, terutama di sekitar kita. Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Pertama, penting bagi kita untuk membangun kembali rasa kebersamaan dan gotong-royong di lingkungan sekitar. Masyarakat yang peduli satu sama lain adalah benteng pertama dalam mencegah tragedi kelaparan. Membentuk komunitas yang saling peduli, di mana setiap orang merasa bertanggung jawab terhadap kesejahteraan sesama, bisa menjadi solusi jangka panjang. Misalnya, kita bisa memulai dengan mengenali tetangga-tetangga kita, memahami kondisi mereka, dan saling berbagi informasi tentang siapa yang mungkin membutuhkan bantuan.

Kedua, sebagai individu, kita bisa lebih peka dalam memperhatikan tanda-tanda kesulitan yang dialami oleh orang-orang di sekitar kita. Jika kita melihat seseorang yang tampaknya sedang mengalami kesulitan, jangan ragu untuk menawarkan bantuan, meskipun hanya sekedar mendengarkan atau berbagi makanan. Solidaritas kecil seperti ini bisa membuat perbedaan besar.

Selain itu, ada baiknya kita mulai mempertimbangkan cara-cara untuk berkontribusi lebih pada masyarakat, misalnya melalui sumbangan rutin ke lembaga sosial atau mengikuti kegiatan amal yang bertujuan untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Ini bukan hanya soal materi, tetapi juga tentang memberi waktu dan perhatian untuk mereka yang membutuhkannya.

Salah satu kekuatan besar yang pernah dimiliki masyarakat Indonesia adalah semangat gotong-royong. Ini adalah prinsip di mana setiap orang dalam komunitas saling membantu tanpa mengharapkan imbalan. Namun, dengan perubahan zaman dan modernisasi, semangat ini mulai pudar. Masyarakat urban yang semakin sibuk dan cenderung individualistis perlahan-lahan kehilangan rasa kebersamaan ini.

Menghidupkan kembali gotong-royong dan kolaborasi adalah langkah penting untuk mencegah tragedi seperti yang dialami driver ojol ini. Kita perlu mendorong lebih banyak inisiatif komunitas, seperti program "bank makanan" di mana orang-orang bisa menyumbangkan makanan untuk mereka yang membutuhkan, atau sistem 'patungan' untuk membantu membayar biaya kesehatan atau pendidikan bagi keluarga yang kurang mampu.

Di tingkat yang lebih besar, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil juga sangat penting. Pemerintah bisa menyediakan platform dan regulasi yang mendukung inisiatif-inisiatif semacam ini, sementara sektor swasta bisa berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sementara itu, masyarakat sipil bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai pihak untuk bekerja sama dalam menciptakan sistem dukungan yang lebih kuat bagi mereka yang berada dalam kesulitan.

Tragedi ini juga menunjukkan bahwa ada peran besar yang harus diambil oleh pemerintah dalam mencegah kejadian serupa. Pertama, pemerintah perlu memperkuat program-program jaring pengaman sosial, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal seperti driver ojol. Program ini bisa berupa subsidi pangan, akses kesehatan gratis, atau bantuan tunai langsung yang bisa membantu mereka bertahan hidup di tengah situasi ekonomi yang sulit.

Kedua, pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diambil berpihak kepada mereka yang paling rentan. Misalnya, dengan mengendalikan harga bahan pokok agar tetap terjangkau, atau memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja dari kelompok rentan.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat agar mereka bisa meningkatkan keterampilan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil dan berpenghasilan lebih baik. Ini adalah langkah jangka panjang yang bisa membantu mengurangi ketergantungan pada pekerjaan informal yang pendapatannya tidak menentu.

Penting juga bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan sektor swasta dalam menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang layak dan memberikan perlindungan bagi pekerja informal. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja dari kelompok rentan atau menciptakan skema asuransi yang lebih inklusif.

Tragedi di Medan ini bukan hanya sebuah berita yang lewat begitu saja. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli dan bertindak. Perasaan duka dan marah yang kita rasakan harus menjadi dorongan untuk melakukan perubahan nyata. Mulai dari hal kecil di lingkungan sekitar hingga mendorong kebijakan yang lebih inklusif di tingkat nasional.

Kita perlu memastikan bahwa tidak ada lagi nyawa yang hilang hanya karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk makan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari masyarakat. Dengan mengedepankan gotong-royong, kolaborasi, dan kebijakan yang berpihak pada yang lemah, kita bisa mencegah tragedi seperti ini terulang di masa depan. Kita bisa mengubah cerita tragis ini menjadi momentum untuk membangun masyarakat yang lebih peduli dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun