Mohon tunggu...
yassin krisnanegara
yassin krisnanegara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembicara Publik / Coach / Pengusaha

Dalam proses belajar untuk berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tragedi di Tengah Kesibukan: Ketika Nyawa Hilang Karena Kelaparan

19 Agustus 2024   10:15 Diperbarui: 19 Agustus 2024   10:21 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Salah satu kekuatan besar yang pernah dimiliki masyarakat Indonesia adalah semangat gotong-royong. Ini adalah prinsip di mana setiap orang dalam komunitas saling membantu tanpa mengharapkan imbalan. Namun, dengan perubahan zaman dan modernisasi, semangat ini mulai pudar. Masyarakat urban yang semakin sibuk dan cenderung individualistis perlahan-lahan kehilangan rasa kebersamaan ini.

Menghidupkan kembali gotong-royong dan kolaborasi adalah langkah penting untuk mencegah tragedi seperti yang dialami driver ojol ini. Kita perlu mendorong lebih banyak inisiatif komunitas, seperti program "bank makanan" di mana orang-orang bisa menyumbangkan makanan untuk mereka yang membutuhkan, atau sistem 'patungan' untuk membantu membayar biaya kesehatan atau pendidikan bagi keluarga yang kurang mampu.

Di tingkat yang lebih besar, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil juga sangat penting. Pemerintah bisa menyediakan platform dan regulasi yang mendukung inisiatif-inisiatif semacam ini, sementara sektor swasta bisa berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sementara itu, masyarakat sipil bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai pihak untuk bekerja sama dalam menciptakan sistem dukungan yang lebih kuat bagi mereka yang berada dalam kesulitan.

Tragedi ini juga menunjukkan bahwa ada peran besar yang harus diambil oleh pemerintah dalam mencegah kejadian serupa. Pertama, pemerintah perlu memperkuat program-program jaring pengaman sosial, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal seperti driver ojol. Program ini bisa berupa subsidi pangan, akses kesehatan gratis, atau bantuan tunai langsung yang bisa membantu mereka bertahan hidup di tengah situasi ekonomi yang sulit.

Kedua, pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan ekonomi yang diambil berpihak kepada mereka yang paling rentan. Misalnya, dengan mengendalikan harga bahan pokok agar tetap terjangkau, atau memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja dari kelompok rentan.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat agar mereka bisa meningkatkan keterampilan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil dan berpenghasilan lebih baik. Ini adalah langkah jangka panjang yang bisa membantu mengurangi ketergantungan pada pekerjaan informal yang pendapatannya tidak menentu.

Penting juga bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan sektor swasta dalam menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang layak dan memberikan perlindungan bagi pekerja informal. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja dari kelompok rentan atau menciptakan skema asuransi yang lebih inklusif.

Tragedi di Medan ini bukan hanya sebuah berita yang lewat begitu saja. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli dan bertindak. Perasaan duka dan marah yang kita rasakan harus menjadi dorongan untuk melakukan perubahan nyata. Mulai dari hal kecil di lingkungan sekitar hingga mendorong kebijakan yang lebih inklusif di tingkat nasional.

Kita perlu memastikan bahwa tidak ada lagi nyawa yang hilang hanya karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk makan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai bagian dari masyarakat. Dengan mengedepankan gotong-royong, kolaborasi, dan kebijakan yang berpihak pada yang lemah, kita bisa mencegah tragedi seperti ini terulang di masa depan. Kita bisa mengubah cerita tragis ini menjadi momentum untuk membangun masyarakat yang lebih peduli dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun