Mohon tunggu...
Yasser Amrul
Yasser Amrul Mohon Tunggu... Mahasiswa - manusia biasa

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat Perkotaan Menurut Pandangan Emile Durkheim

8 Juli 2021   14:50 Diperbarui: 8 Juli 2021   15:13 2698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Definisi Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan

Masyarakat merupakan salah satu komponen yang sangat urgent dalam berbagai bidang, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Masyarakat, berdasarkan peradabannya, dibagi menjadi tiga yaiu masyarakat primitif, desa dan masyarakat kota. Hal ini juga dapat ditilik melalui berbagai aspek yang lain, karena jika ditinjau dari karakteristik awal, perbedaan antara masyarakat primitif (primitive society), masyarakat pedesaan (rural community), dan masyarakat perkotaan (urban community) saling bertolak belakang.

Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang cenderung memiliki sifat individual dan heterogen dengan kehidupan modern yang dilengkapi dengan berbagai arsitektur dan industri yang canggih. Dalam masyarakat kota terdapat banyak kelompok sosial yang dibedakan berdasarkan profesi.

Masyarakat perkotaan memiliki tingkat keberagaman sosial yang tinggi dengan tingkat asosiasi yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang banyak. Kontol sosial dalam masyarakat perkotaan menggunakan pengawasan yang tidak terlalu ketat sehingga toleransi sosial sangat tinggi.  Masyarakat perkotaan lebih mengutamakan prestasi sehingga mobilitas sosial relatif tinggi. 

Asosiasi di dalam masyarakat perkotaan bersifat sukarela dan cenderung menganut individualisme karena adanya kebebasan dalam pengambilan keputusan secara individu. Selain itu, masyarakat perkotaan cenderung memisahkan diri secara fisik berdasarkan perbedaan kelompok sosial.

Perkotaan dengan segala keunikannya dan seluruh peristiwa yang dialami oleh penduduknya menggambarkan bagaimana bentuk karakteristik sebuah kota tersebut. Masyarakat kota dianggap sebagai masyarakat maju yang berbeda dengan masyarakat desa dengan segaa kesederhanaan, apalagi masyarakat kota didukung dengan teknologi, informasi, dan komunikasi yang memadai.

Dalam memahami konteks masyarakat perkotaan bisa diliat bagaimana  ciri atau karakteristik yang melekat pada masyarakat itu sendiri, begitupun dengan masyarakat pedesaan. Tokoh - tokoh besar sosiologi yang tentunya tidak asing lagi, apalagi bagi mahasiswa sosiologi yang, yaitu Durkheim, Marx, dan weber, juga berbicara mengenai masyarakat perkotaan dengan pemikirannya masing-  masing.

Masyarakat Perkotaan menurut pandangan Emile Durkeim 

Durkheim melihat masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia, sesuatu yang berada di atas segala-galanya. Ia bersifat menetukan dalam perkembangannya. Hal-hal yang paling dalam pada jiwa manusia pun berada di luar diri manusia sebagai individu, misalnya kepercayaan keagamaan, kategori alam pikir, kehendak, bahkan hasrat untuk bunuh diri. Hal-hal tersebut bersifat sosial dan terletak dalam masyarakat.

Durkheim mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil dari sebuah kebersamaan yang disebut dengan solidaritas sosial, yaitu satu keadaan hubungan antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. 

Perubahan dalam pembagian kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur masyarakat. Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara dimana solidaritas sosial terbentuk, dengan kata lain, perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh. Untuk menyimpulkan perbedaan ini, Durkheim membagi solidaritas sosial menjadi dua, yaitu solidaritas mekanis dan organis.

Menurut Emile Durkheim, masyarakat perkotaan tertuju pada sebuah solidaritas, dimana solidaritas masyarakat perkotaan (gesellschaft), menurutnya, berbeda dengan masyarakat pedesaan (gemeinschaf) karena masyarakat kota dikategorikan masyarakat yang memiliki solidaritas organik. Pada masyarakat perkotaan, berlaku hukum restitutif yang menghendaki para pelanggar untuk memberikan ganti rugi atas kesejahteraan mereka.

Dari sinilah, masyarakat kota bisa dipahami sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas kolektif rendah, karena masyarakat kota yang notabene sebagai masyarakat pendatang, berbeda dengan masyarakat pedesaan yang relatif dominan sebagai masyarakat asli dan memiliki solidaritas yang kuat atau solidaritas mekanik, saling bahu membahu, gotong royong dengan menerapkan slogan “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”. Pekerjaan yang berat sekalipun apabila dilakukan secara Bersama - sama akan terasa ringan. Itulah masyarakat kota dalam pandangan Durkheim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun