"Cantik istrimu daeng, kenalan di mana?" ku coba membuatnya bangga
"Itu mi, saya herang juga kenapa bisa keluargana terima ki lamarang ku. Padahal saya ini tukang becak ji". Lanjutnya lagi "dulu memang dia itu langganang becakku waktu na masih kuliah di IAIN"
"Itulah, jodoh memang tidak bisa ditebak" tambahku.
"Sebenarnya ku kasi hamil ki, hehe.." Sambil cengigisan dia cepat-cepat menyergap ku.
"ealah.. pantasan diterima,,, ancooor..!!! berlagak heran lagi.." saya pun menanggapi dengan suara yang meledak-ledak.
"lalu, anakmu laki-laki atau perempuan?" tanyaku karena mendengar tangisan bayi dari balik tirai ruang tengah rumahnya.
"Alhamdulillah, anakku perempuang" jawabnya.
"Kenapa Alhamdulillah? menurutku anak laki-laki atau perempuan sama saja" saya pun heran sambil memperbaiki posisi dudukku, dan melanjutkan "anak kan karunia Tuhan, laki-laki atau pun perempuan harus kita sukuri"
(Bersambung aja deh.. soalnya dah ngantuk.. hoamh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H