Mohon tunggu...
yasser fauzan
yasser fauzan Mohon Tunggu... Nelayan - Nelayan

Botak, senang baca, belajar nulis dan masih "timbul tenggelam"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kawan lama di Makasar (sekedar bercerita)

29 Desember 2009   16:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ada suatu kesempatan saya berada di Makassar, kota yang menurut saya perkembangannya sangat pesat. Dalam beberapa tahun saja, ada beberapa mall yang telah berdiri dengan megahnya. Lapangan Karebosi ikut-ikutan berubah menjadi mall. Begitu pula pantai Losari, air lautnya tak sebiru dulu lagi akibat "reklamasi pantai" yang disamarkan namanya menjadi "revitalisasi pantai". Belum lagi berdirinya ruko (rumah toko) di mana-mana menambah sesaknya kota Makassar. Dalam hati saya kagum sekaligus bertanya-tanya, di mana kota Makassar yang dulu? (ealah.. romantisme masa lalu).

Nah, pada kesempatan itu saya berkunjung ke rumah seorang kawan lama. Seorang kawan yang saya kenal dulunya adalah seorang "juragan becak muda", penuh semangat dan cirta-cita yang banyak, dan sekarang, masih tetap setia dengan juragan becak. Dulu dia mempunyai enam buah becak dan sebagai seorang juragan, ia tak perlu menarik becak (soalnya dulu dia masih sekolah, malu katanya sama teman-teman sekolah. hehe..). Becaknya kini hanya tinggal tiga ditambah sebuah Bentor (becak motor) yang dia "tarik" sendiri.

Kami pun melepas rindu dan bernostalgila tentang kenakalan masa lalu sambil ditemani rokok dan kopi susu buatan seorang perempuan muda yang keluar dari ruang tengah rumahnya, tadi. Karena tak mampu menahan rasa penasaran, akhirnya saya pun bertanya kepada kawan lama:

(percakapan dalam dialek makassar, biasanya kelebihan huruf "G")

"daeng, sudah menikah kah?" tanyaku penasaran

"oo.. istri ku itu, Senna namanya" jawab kawan ku itu, kemudian sambil berdiri memanggil istrinya

"o Senna, sini dulu dek, mau kenalang temang ku"

Dengan buru-buru sambil sedikit membersihkan dasternya, sang istri pun menuju ruang tamu. Kami saling bersalaman, tak bisa tidak, kupandangi wajahnya yang menurut saya itu sangat bersahaja dengan balutan jilbab yang sedikit lusuh.

Di dalam hati saya bergumam

"hmm.. cantik juga istri mu bro, tapi sayang dia buta, nda bisa membedakan yang baik dan yang buruk, yang cakep dan yang jelek, hehe.." (sssttt.. pembaca yang budiman, tolong jangan sampaikan bagian yang ini kepada kawanku itu :D ). Saya pun kemudian menyadari bahwa hidup, mati, rejeki, jodoh ada di tangan Tuhan. Tak begitu lama berselang antara ritual berkenalan yang dibumbui sedikit senda gurau, sang istri pamit kepada saya untuk kembali ke dapur. Sambil meng-iya-kan dan berharap (lagi-lagi dalam hati) "mudah-mudahan tidak lama lagi kue Pallu Butung nya jadi hehe.." (tamu yang kurang ajar bukan??)

Kuteguk kopi yang disajikan dalam sebuah gelas yang bertuliskan merk salah satu produk deterjen, lalu kuhisap dalam-dalam rokokku, saya pun melanjutkan percakapan dengan kawan ku itu dengan bertanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun