Mohon tunggu...
Yasa Aditiya
Yasa Aditiya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Pemula yang tertarik dalam dunia tulis menulis. Memiliki aspirasi untuk menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balas Budi sang Bangau

5 September 2021   18:59 Diperbarui: 5 September 2021   19:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo semuanya!

Disini saya akan menerjemahkan kisah dari Jepang yang terkenal yaitu "Balas Budi sang Bangau" atau dalam bahasa Jepangnya "".

Semua kritik dan saran sangat dihargai! Silahkan membaca.

Balas Budi sang Bangau

Pada zaman dahulu, hiduplah pasangan tua yang miskin. Di tengah hujan pada musim dingin, sang suami yang pergi ke kota untuk menjual kayu bakar menemukan bangau yang terperangkap.  Ia merasa kasihan dan membebaskan bangau tersebut. 

Malam harinya, seorang anak perempuan yang cantik datang ke rumah pasangan tua itu. Anak itu ingin menemui saudaranya yang tak pernah dia jumpai, namun dia tersesat di tengah jalan. Dia ingin menginap untuk semalam di rumah mereka, dan pasangan tua itu pun menyuruhnya untuk masuk.

Hari-hari berlalu, namun hujan tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti. Selama itu, anak perempuan itu dirawat oleh si pasangan tua dengan sepenuh hati. Hingga suatu hari, sang anak perempuan meminta untuk diangkat menjadi anak mereka dibandingkan menjumpai saudara yang bahkan mukanya tidak dia ketahui.

Pasangan tua itu bahagia dan mengangkat anak perempuan itu menjadi anak mereka. Anak itu sangatlah berbakti kepada kedua orang tua barunya, sampai pada suatu hari, dia meminta kepada orang tuanya.

"Ayah, aku ingin benang untuk menjahit kain."

Sang ayah langsung memenuhi permintaan anaknya dan membelikannya benang. Kemudian, anak perempuan itu berkata lagi.

"Jangan pernah melihat ke dalam saat aku sedang menjahit."

Pasangan tua itu berjanji kepada anaknya untuk tidak melihat ke dalam kamarnya. Tiga hari tiga malam kemudian, tanpa makan dan istirahat, sang anak akhirnya menyelesaikan jahitannya.

Ia menyuruh orang tuanya untuk menjual baju tersebut di kota dan meminta mereka untuk membelikannya benang lagi. Pergilah mereka ke kota untuk menjual kainnya, dan tanpa mereka duga, kain tersebut sangatlah indah dan dengan cepat terjual karena sangat populer.

Mereka segera memberikan sang anak benang lagi. Untuk kedua kalinya, sang anak membuatkan kain yang lebih bagus lagi. Mereka mencoba menjualnya dengan harga yang lebih mahal dan tetap laku. Pasangan tua yang miskin itu menjadi kaya dengan cepat.

Tetapi pada ketiga kalinya mereka meminta untuk dijahitkan kain, kedua pasangan itu menjadi penasaran.

"Bagaimana caranya dia membuat kain seindah itu?"

Termakan oleh rasa penasaran, mereka melanggar janji yang mereka telah buat dan mengintip ke dalam kamar sang anak.

Namun, bukannya seorang anak perempuan, mereka melihat seekor bangau yang sedang merajut kain. Bangau itu menggunakan bulunya sendiri dan menjahitnya dengan benang yang dibelikan untuknya menjadi kain yang berkilau. Ketika kain tersebut selesai dibuat, bulu di badan bangau itu habis dan ia menjadi buruk rupa.

Sang bangau menyadari kalau pasangan tua itu melanggar janjinya. Dia lalu mengakui kalau dia adalah anak perempuan yang mereka angkat. Awalnya dia hanyalah seekor bangau yang diselamatkan oleh sang suami.

Dia ingin membalas budi dan mengambil rupa seorang anak perempuan. Namun, wujud aslinya telah diketahui oleh mereka. Sang bangau tak bisa tinggal bersama mereka lagi.

Dengan berat hati, pasangan tua itu hanya bisa mengeraskan hati mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada sang bangau yang telah membalaskan budinya.

Disclaimer : cerita ini saya terjemahkan dengan sumber dibawah ini. 

di sini

Pengarang asli dari cerita ini adalah Chihiro Iwasaki. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun