Anak berkebutuhan khusus yang sering disebut ABK merupakan mereka yang memiliki pebedaan dengan anak-anak seusianya. Perbedaan tersebut mulai dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang memiliki kelainan atau penyimpangan seperti fisik, mental, social dan emosional.
ABK bukan berarti anak yang selalu memperlihatkan ketidakmampuan secara keseluruhan, namun ia juga memiliki kelebihan seperti anak normal pada umumnya. Misal anak tunarungu. Secara fisik memang anak ABK,namun dapat kita lihat dari mental dan emosional belum tentu ia tidak memiliki kelebihan seperti pada anak normal lainnya. Contohnya saya memiliki tante yang tunarungu, kami berkomunikasi hanya lewat gerakan.
Dan ia memiliki emosi dan mental sama seperti kita yang normal. Ia bisa merasakan emosi sedih, senang, takut, bahkan marah. Ia juga pernah bersekolah meskipun hanya sampai sekolah dasar, karena kami tinggal didesa dulu belum ada SLB jadi tante saya ikut bersekolah di sekolah SD biasa. Satu hal yang harus kita ingat dan kita perhatikan yaitu jangan membedakan perlakuan atau kesempatan pada ABK. Karena meskipun memiliki keterbatasan mereka juga berhak diperlakukan layak, malah harus diberikan perlakukan khusus.
Sebelum membahas lebih dalam tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Mari kita cari tahu apa itu ABK. Pedoman dasar anak berkebutuhan khusus ( pedoman ABK) di inggris diperkenalkan untuk menunjukkan hak dan kewajiban yang tertera dalam undang-undang Kebutuhan Khusus dan Disabiltas (SENDA) tahun 2001.[1]
Pedoman ini sebuah intervensi untuk mereka yang berkebutuhan khusus selama periode pendidikan AUD dan sekolah. Undang-undang tersebut menyampaikan bahwa jika seorang anak secara signifikan mengalami kesulitan lebih besar dari anak-anak seusianya dalam hal menyelesikan sesuatu atau pekerjaan sekolah atau dalam hal berkomunikasi dan atau berprilaku merujuk pada istilah ABK.
Anak Berkebutuhan Khusus( ABK ) merupakan anak yang dianggap memilki kemampuan yang berada diluar rentang kemampuan anak sebayanya. Secara garis besar anak yang bekebutuhan khusus dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu anak yang berkebutuhan khusus dibidang kecerdasan dan anak yang memiliki keterlamabatan perkembangan akibat masalah medis, fisik, atau emosional.[2]
Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ABK tidak hanya untuk anak yangmemiliki gangguan fisik, mental dan emosi saja namun anak yang memilki kecerdasan di atas rata-rata anak yang seusianya atau IQ yang tinggi juga dapat dikatakan sebagai ABK.
Mengapa demikian? Karna anak yang memiliki IQ tinggi dapat mengalami permasalahan social seperti kesulitan dalam berintraksi dengan anak-anak seusianya yang memilki IQ lebih lebih rendah darinya atau bahkan malas menghadapi materi pelajaran yang sudah dikuasainya.Oleh karena itu ABK jenis ini perlu memilki pendekatan khusus dalam mengembangkan dirinya. Contoh dengan pengasahan soft skill dan interaksi social dalam perkembangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H