Mohon tunggu...
Yasmin salwa Darmawan
Yasmin salwa Darmawan Mohon Tunggu... Administrasi - seorang pelajar

Pelajar -Desain Grafika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adaptasi Zero Tolerance, Pemicu Kebersamaan Warga Balikpapan dalam Pembangunan

10 Juni 2021   14:00 Diperbarui: 10 Juni 2021   17:05 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah ada yang pernah ke Kota Balikpapan? Jangan kaget jika bertandang kemari ya, dan melihat pembangunan kotanya yang terus melesat cepat lho.

Banyak sekali bangunan tinggi menjulang, yang bisa memanja rencana kepentingan apa saja, ketika berada kota Balikpapan. Ya bisa dikatakan wajah Balikpapan, tak kalah-kalah amat dengan wajah kota Metroplitan di pulau Jawa sana.

Dan ketika masuk ke jantung kota Balikpapan, kita akan melintasi jalan utama yakni jalan Jendral Sudirman, yang menjadi etalase kota Balikpapan. Lantas penasaran kan? Apa saja yang kita bisa saksikan di etalase kota Balikpapan ini? Mangkanya kemari gih!

Namun,  ya samalah seperti kota-kota Metropolitan lainnya, jika pertumbuhan angka kendaraan pribadi dan juga menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) selalu hadir pesat di pusat-pusat kota. 

Kedua hal tadi pastilah menyumbang masalah, salah satunya yakni kemacetan yang --memang- tak pernah akan berujung, dan terjadi dimana-mana kan?

Ah rasanya, -dahulu- jika melawati jalur Jenderal Sudirman Balikpapan kita akan merasakan kemacetan jua yang luaaar biasa, di jam-jam kerja. Rasanya mau marah-marah saja ketika menjalaninya!

Dan, tanpa disadari ya masalah kemacetan tadi pastilah akan menimbulkan masalah sosial yang sangat serius jua kan? Bila saja ada kendaraan yang bersenggolan, pasti lah akan memantik perselisihan antar pengendara. Dan hal itu sering kali terjadi, dan membuat sesama warga jadi gak akur.

Hal yang paling klasik dilakukan Pemerintah kota/daerah untuk meredam kemacetan adalah upaya penertiban pengendara kendaraan, dan juga penggusuran PKL yang menggangu kelancaran lalu lintas tadi.

Sekali lagi, aksi penertiban lewat segala peraturan Pemerintah pastilah akan berpotensi menjadikan masalah sosial warga lebih luas lagi. Terlebih hadirnya isu "pribumi" yang selalu --bisa- dijadikan tameng dari setiap aksi-reaksi penertibannya, dan kental akan bersangkut paut dengan hal-hal ekonomi.

Duh, ini akan menjadikan dilema Pemerintah, untuk bersikap adil dalam segala hal kan? Yang tak lain sebenarnya Pemerintah hanyalah ingin merapikan rencana pembangunan di masa mendatang. Ya dalam hal menyamankan semua pengguna jalan raya, yang menggunakannya dari masalah kemacetan tadi.

Nah merasakan satu hal saja, dari banyak hal dalam hidup kita yakni kemacetan, tentu akan mengoreksi diri kita, mengapa hal tersebut dapat hadir dalam kehidupan modern saat ini ya? Dan membuat masalah kemacaten selalu menjadi hal yang wajib diselasaikan dalam kehidupan modern masa kini.

Bisa saja, hal itu lekas mengulik pada kesadaran kita sendiri, untuk mau berbagi akses jalan bersama, dan memiliki niatan tidak mau merugikan hak-hak orang pengendara lain kan?

Dokpri
Dokpri

Ya bisa saja salah satu caranya, kita bisa berinisiatif menggunakan transportasi umum dong ketimbang kendaraan pribadi? Namun sejauh ini apakah pemerintah Kota Balikpapan sudah menyediakan transportasi umum itu dengan layak ya?

Ini tentu akan menjadi rencana dan pekerjaan rumah, untuk menyusun pembangunan jangka panjang yang sedang diimpikan oleh semua kepala pemerintahan dimana saja di seluruh Nusantara ini kan? Tidak hanya di Balikpapan saja.

Artinya, ketika kita sedang terjebak kemacetan itu, kita seharusnya juga bisa saja tersadarkan seketika. Jika wujud dari rasa kebersamaan kita, bisa lho menjadikan jalan terbaik dan solusi dalam mengelola perasaan jengkel menjadi happy-happy..

Caranya, ya bagaimana kita bersama membangun kebersamaan kita, untuk memahami dan patuh terhadap kebijakan Pemerintah, yakni ikut menjaga ketertiban dan kemananan kita ketika sedang berkendara.

Sulit? Saya yakin, pasti sangat sulit sekali ketika kali pertama dilakukan! Terlebih semua aturan tadi dirasa dan terbukti sudah mengekang kebiasaan yang sering kita lakukan sehari-hari kan?

Jalur Jend Sudirman nampak lengang I Dokpri
Jalur Jend Sudirman nampak lengang I Dokpri

Ini akan seperti waktu kali pertama Covid---19 merebak sampai kini. Dimana proses kebersamaan kita masih terbelah-belah untuk bersama mengatasi Pandemi ini, lewat kepatuhan atas anjuran Pemerintah. Dan akhirnya kita belum bisa melewati Pandemei ini dengan mudah, hingga sampai sekarang. Ini akan menjadi pekerjaan rumah kita bersama kan?

Adaptasi Zero Toleransi perkuat kebersamaan warga Balikpapan

Zero Tolerace sendiri adalah kebijakan baru kota Balikpapan, yang baru dimulai April 2021 lalu, yang sudah dan sedang berjalan dan menjadi penguji kebersamaan warga Balikpapan untuk kesekian kalinya lho! 

Dan akhirnya, akan banyak cerita, mengapa keberhasilan dari kebijakam zero tolerance ini akan bisa sekali diadopsi oleh kita semua, dalam berbagai aspek kehidupan. Dan --malah- dapat menjadikan hal yang positif untuk menilai kualitas kebersamaan warga kota di mana saja berada, yang berhasil menerapkannya.

Nah, dalam kebijakan itu, Zero Tolerance akan memberikan kewajiban pengendara kendaraan untuk tidak boleh parkir atau berhenti di badan jalan Jenderal Sudirman lagi, dengan alasan apapun. Pengendara juga harus menggunakan helm SNI, dan juga dilarang melawan arus. Tidak boleh mengendarai kendaraan dalam kecepatan tinggi, dan pengguna kendaraan harus menggunakan sabuk pengaman dan mempersipakan kelengkapan berkendara.

Sekali lagi, dalam proses menjalaninya tentu saja pasti akan sulit kan? Terlebih hal yang diatur sudah menjadi kebiasaan dan bertabrakan dengan kepentingan-kepentingan pribadi yang kita dapatkan di jalur utama itu?

Dan, muaranya akan berpotensi mempertajam dampak sosial dan politik, terutama akan hadirnya aksi protes PKL yang mengharapkan pengendara jalan berhenti membeli jajanan mereka. Dan juga penolakan kesadaran pribadi kita yang merasa belum sanggup atas kewajiban yang diemban dari kebijakan tadi kan?

Dokpri
Dokpri

Nah jika dibedah, Zero Tolerance --sebenarnya- adalah program yang sudah pernah diterapkan dan menggunakan istilah kawsan tertib lalu lintas (YTL) dan dimulai 2011 lalu. Serta sebenarnya sudah ada Undang-undang lalu lintas yang jua melarang parkir di badan jalan. Jadi istilah Zero Tolerance hanya upaya mengintensifkan saja, peraturan Pemerintah yang dahulu sudah ada.

Artinya lagi, kebijakan ini hanyalah ketegasan, jika zero tolerance adalah sebuah kebutuhan terkini yang harus dijalankan, untuk mengimbangi kemajuan kota Balikpapan, dalam banyak aspek kehidupan.

Indikator kebersamaan itu tentu saja, lagi-lagi akan dilihat dari kepatuhan kita menjalaninya kan? 

Dan kini sudah terbukti mampu mengurai masalah kemacetan jalan-jalan utama Balikpapan kini. Dan sekaligus sudah menyelesaikan ujian warga Balikpapan untuk menjawab tantangan menjadi kota ternyaman dihuni oleh siapa saja, yang pernah tersematkan dan menyaingi kota kota elit di pulau Jawa.

Balikpapan Bersiap Menuju Peradaban Baru, lewat kebersamaan itu!

Memanja keragaman untuk bersama-sama menikmati pembangunan, tentu saja tidak mudah dilakukan ya? Dan memang, jika kita melihat di teve-teve dimana alasan ekonomi dan politik, selalu saja menjadi modus dalam mencipta keretakan keberagaman kita?

Termasuk ya bisa konflik yang pula bisa terjadi, atas dampak penerapan kebijakan zero tolerence ini. Dimana konflik sosial yang pernah terjadi di pulau Jawa ya juga akan berpotensi terjadi pula di Balikpapan.

Namun, motto 'Balikpapan Kubangun, Kujaga dan Kubela' sudah terbukti ampuh mendarah daging di semua lapisan masyarakat Balikpapan. Hal itulah yang menjadi kunci sukses pembangunan kota Balikpapan yang sangat teruji saat ini. Dan mampu menjadi kota termaju di kawasan Kalimantan.

Hal itu bisa dilihat dari banyak penghargaan yang diterima Kota Balkpapan yang melibatkan kebersamaan warganya, diantaranya yakni piala adipura paripurna, wahana tata nugraha, Indonesia Road Safety. Selain itu kota layak pemuda kategori utama, serta penghargaan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani.

Taman Bekapai Balikpapan I Dokpri
Taman Bekapai Balikpapan I Dokpri

Nah, Jika ditanya soal keragaman yang mengokohkan kebersamaan itu antar warga Balikpapan, ternyata ya bukan barang baru lagi untuk diulas. Lihat saja, dari komposisi setengah juta warga Balikpapan kini yang sangat heterogen, sudah menjadi semangat untuk memulai peradaban baru yang selalu harmonis sejak dulu dan terawat hinga kapan saja.

Dahulu saya pernah bertanya, siapakah suku asli yang mendiami kota Balikpapan ini sih? Hal itu wajar dong terlontar? Ternyata orang asli yang Balikpapan adalah masyarakat minoritas kota ini yakni Suku Balik, yakni suku dayak-paser. 

Dan sebaliknya, komposisi mayoritas malah diisi oleh warga-warga pendatang, termasuk ya saya ini.

Jika dilihat dari data BPS 2020, suku jawa menempati 42.13%, ada juga Bugis 19.94%, Banjar 13.65%, Madura 3.58% serta Tionghoa 2.48%. Namun dalam komunitas lain ternyata banyak suku yang bisa kita temukan di Balikpapan kok. Mulai dari Toraja, Minahasa, Makassar, mandar Minang, Batak, Sunda sampai Button. Kota Balikpapan bak miniatur Indonesia kini.

Keragaman inilah yang seakan menjadi kunci keberhasilan pembangunana kota Balikpapan untuk terus merancang pembangunan untuk terus melejit kini dan di masa mendatang.

Jika ada pepatah, dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung. Nampaknya hal itu bukanlah isapan jempol belaka. Pepatah itu, menjadi pemanja warga Balikpapan untuk menyatakan cintanya pada kota Balikpapan., meski notabene mereka bukan warga pribumi Balikpapan.

Kebersamaan itu dalam bentuk apa? Tentu saja, ikut serta dalam mendukung semua peraturan pemerintah kota dan menjalaninya dengan senang hati.

Terlebih tantangan peradaban baru itu sudah didepan mata, lewat terpilihnya provinsi Kalimantan Timur menjadi Ibu Kota Baru.

Dampak sosial ekonominya tentu akan menjalar sampai ke Kota Balikpapan? Bagaimanan tidak, semua orang yang akan menapakkan  kakinya ke IKN baru tentu akan mendarat terlebih dahulu di Bandara Sultan Aji Muhammad Sualiaman Balikpapan.

Kota Balikpapan dari ketinggian Hotel I Dokpri
Kota Balikpapan dari ketinggian Hotel I Dokpri

Dan selanjutnya bisa berkeliling menikmati kemegahan pembangunana Balikpapan dengan segala fasilitasnya. Dan semua yang sudah kemari, tentu melihat dan merasakan suatu peradaban, wajah Indonesia yang sesungguhnya, dimana heterogenitas yang memacu kebersamaan, dan seterusnya akan menghasilkan kesejahteraan yang kita impikan kan?

Dan Balikpapan, seyogyanya akan menulari kita semua, ketika kita merasakan kenyamanan, pada saat sedang melintasi jalur jalanan Jenderal Sudirman Balikpapan kini. Dan seketika mengetahui jika kenyamanan itu merupakan hasil jerih payah usaha mengokohkan kebersamaan warga, lewat penerapan zero tolerance tadi.

Dan akhirnya adaptasi warga atas kebijakan ini, akan bisa diceritakan dan diadopsi oleh siapa saja ketika pulang ke daerahnya masing-masing.

Nah Zero Tolerance yang sudah dan sedang diterapkan kini, tentu akan sedang menjadi penguji kebersamaan warga Balikpapan untuk kesekian kalinya ya?

Artinya lagi, kebersamaan tentu bisa diukur dari seberapa besar atensi warga terhadap sistem peraturan yang harus dijalankan warganya. Nah, apakah kita sudah mengupayakan kebersamaan kita lewat penerapan peraturan Pemerintah yang berlaku di lingkungan kita ya?

Dimana adaptasi penerapan kebijakan Pemerintah tadi ini tentu saja bisa melatih kesadaran kita, jika dengan kebersamaan kita akan mampu meraih semua hal yang kita cita-citakan. 

Terutama hadirnya makna perdamaian yang akan menyertai berbagai aktivitas harian kita, untuk melayani kehidupan kita kini dan masa depan.

Etalase jalan jendral sudirman Balikpapan I Dokpri
Etalase jalan jendral sudirman Balikpapan I Dokpri

Dan akhirnya, kita bisa katakan, Persatuan dan kebersamaan merupakan satu kolaborasi yang dihadirkan warga dan Pemerintah untuk selalu diusahakan, dan akan bermuara pada terwujudnya keinginan bersama, yakni peradaban manusia modern yang cinta damai.

Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba "Indonesia Baik" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun