Dalam beberapa tahun yang singkat, vape telah meledak popularitasnya, terutama di kalangan remaja. Hal ini, beriringan dengan melebarnya pasar vape di kalangan masyarakat hingga menjadi sebuah trend. Global Adult Tobacco Survey (GATS) melaporkan kebiasaan penggunaan rokok elektrik di Indonesia meningkat secara signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. GATS melaporkan populasi penggunaan rokok elektrik meningkat signifikan dari 0,3 persen pada 2011, menjadi 3,0 persen pada 2021. Vape bekerja dengan memanaskan cairan yang ada dalam tabung yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lainnya. Vaping memungkinkan pengguna menghirup nikotin dalam uap daripada asap melalui alat yang disebut vape (baik dalam bentuk pod maupun mod).
Vape populer karena tidak menghasilkan bau asap tembakau. Selain itu, harga yang ditawarkan untuk vape dan cairannya lebih terjangkau ketimbang rokok berbungkus-bungkus yang biasa dikonsumsi. Kebanyakan remaja memilih menggunakan vape (rokok elektrik) karena mereka menilai vape lebih sehat daripada rokok tradisional berbahan baku tembakau. Tetapi faktanya vape pun tak lebih aman dibandingkan rokok biasa. Vaping telah dikaitkan dengan efek akut dan subakut pada hampir setiap sistem organ.
Berikut adalah bahaya vaping bagi kesehatan:
Menyebabkan Kecanduan
Nikotin yang terkandung dalam cairan vape dapat merangsang otak melepaskan hormon dopamin dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan ketagihan. Dopamin yang mempengaruhi otak dapat menyebabkan ingin nikotin lebih banyak lagi sehingga berdampak pada sistem tubuh. Saat seseorang berhenti mengonsumsinya, tubuh akan menunjukkan gejala fisik, seperti mual, pusing, dan batuk. Jadi, vaping tidak membantu kamu untuk berhenti merokok, tapi justru membuat kamu menjadi ketergantungan.
Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
Penyakit Kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Paparan rokok elektrik (vape) telah terbukti memiliki efek negatif pada sistem kardiovaskular. Pada perokok yang menggunakan rokok tradisional, aliran darah meningkat sedikit setelah menghisap rokok dan kemudian menurun setelah asap dilepaskan. Namun, pada perokok yang menggunakan vape, aliran darah menurun baik saat menghisap maupun melepaskan asap. Akibatnya adalah kadar oksigen dalam darah berkurang dan laju aliran di pembuluh darah turun sehingga mempengaruhi fungsi jantung. Kenapa? Karena jantung membutuhkan asupan darah dan oksigen yang memadai. Selain itu, penggunaan vape mengeluarkan partikel cair di udara yang terdiri atas partikel yang sangat halus dalam kadar lebih tinggi daripada asap rokok. Paparan terhadap partikel ini bisa memicu asma dan mengeraskan pembuluh darah hingga menyebabkan serangan jantung. Kandungan nikotin dalam banyak produk vape juga menimbulkan ketergantungan dan membahayakan sistem peredaran darah. Penelitian tentang vape ini menemukan hubungan penggunaan vape dengan kerusakan pembuluh darah yang menuju jantung. Temuan ini berkebalikan dengan promosi bahwa produk vape lebih baik daripada rokok. Artinya, orang yang terbiasa mengonsumsi vape lebih berisiko mengalami penyakit jantung daripada orang yang tidak menggunakan vape.
Menyebabkan Cedera Paru
Cairan vaping memiliki variasi zat aktif yang berbeda (acrolein, diethylene glycol, propilen glikol, nikotin, karsinogen, dll), pelarut, serta perasa. Semua senyawa ini berperan dalam daya serap dan mekanisme cedera yang berisiko membahayakan kesehatan paru-paru. Bahan kimia dalam partikel cair di udara dari vaping merupakan senyawa yang bersifat racun sehingga secara langsung dapat merusak sel epitel paru-paru. Senyawa beracun ini menyebabkan kematian sel, kerusakan alveolar, dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Vaping telah terlibat dalam bentuk cedera paru-paru berat lainnya, termasuk ARDS dan DAH. Vape berperan dalam asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan bronkitis kronis. Menghirup aerosol vaping menyebabkan penyumbatan jalan napas yang memburuk dan meningkatkan pengencangan otot yang berdampak terjadinya penyempitan jalan napas. Vitamin E asetat yang ada pada beberapa jenis rokok elektronik juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang disebut dengan e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI). Kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan sesak napas yang bisa berakhir dengan gagal napas.
Meningkatkan penyakit kanker
Sama seperti rokok tembakau, vaping juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Vape mengandung bahan kimia seperti diacetyl, formaldehyde dan acrolein yang serupa dengan karsinogen. Karsinogen adalah zat pemicu kanker. Zat ini bekerja dengan merusak DNA secara langsung dalam tubuh pengguna vape sehingga bila dihirup dalam jangka waktu lama dapat memicu munculnya sel-sel kanker. Dampaknya, sel dalam paru-paru akan bermutasi dan tumbuh secara tak terkendali.
Mempengaruhi Kesuburan Pria
Penggunaan vape dapat menyebabkan disfungsi ereksi serta dapat menimbulkan gangguan kesuburan pada pria. Nikotin, zat aditif, propylene glycol, serta zat-zat kimia lain yang terkandung dalam cairan vape bisa memengaruhi kualitas sperma. Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam vape dapat membunuh banyak sel testis sehingga dapat menghasilkan sperma yang tidak sehat dengan bentuk yang tidak normal. Kebiasaan mengisap vape dapat menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Selain menurunkan performa seks dan kesuburan pria, vape berisiko menyebabkan efek berupa kecanduan nikotin. Semakin kecanduan, makin buruk pula dampak vape yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan.
Perangkat vape yang memiliki perbedaan pada suhu, dan watt yang digunakan untuk memanaskan nikotin, zat perasa, dan bahan kimia lainnya dapat menyebabkan kadar nikotin yang lebih tinggi dalam aerosol (partikel cair di udara) yang dihasilkan. Saat usia remaja, perkembangan otaknya sedang berlangsung sehingga lebih sensitif terhadap efek adiktif nikotin, dan kecanduan. Ketika pada usia muda sudah mengonsumsi nikotin, maka kemungkinan kecanduan nikotin akan semakin kuat. Jadi, bukan suatu alasan untuk mengonsumsi vape agar bisa berhenti merokok. Baik merokok tembakau maupun vape (rokok elektrik) sama-sama berisiko menimbulkan masalah kesehatan yang tidak sepele, khususnya dalam keadaan akut dan subakut. Terdapat cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa vaping merusak kesehatan secara keseluruhan.
REFERENSI
Lestari, D. (2021). Tak Lebih Baik dari Rokok, Vape Tingkatkan Risiko Impotensi Pada Pria. https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/vape-menyebabkan-kecanduan/. [diakses online pada 2 Januari 2023]
Pratiwi, R. (2021). Apakah Vape Bisa Menyebabkan Ketagihan?. https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/vape-menyebabkan-kecanduan/. [diakses online pada 2 Januari 2023]
Sanchez, S., Kaufman, P., Pelletier, H., Baskerville, B., Feng, P., O'Connor, S., Schwartz, R., & Chaiton, M. (2021). Is vaping cessation like smoking cessation? A qualitative study exploring the responses of youth and young adults who vape e-cigarettes. Addictive Behaviors, 113(April 2020), 106687. https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2020.106687
Walley, Susan Chu., and Karen Wilson. (2021). Electronic Cigarettes and Vape Devices: A Comprehensive Guide for Clinicians and Health Professionals. Switzerland: Springer Nature Switzerland AG
Yingst, J. M., Foulds, J., Veldheer, S., Hrabovsky, S., Trushin, N., Eissenberg, T. T., Williams, J., Richie, J. P., Nichols, T. T., Wilson, S. J., & Hobkirk, A. L. (2019). Nicotine absorption during electronic cigarette use among regular users. PLoS ONE, 14(7), 1--15. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0220300
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H