Acara sekolah pun di mulai keesokan harinya pada malam hari, semua anak sibuk mengobrol dengan teman lain sedangkan Riana terkunci di dalam gudang karena ulah Akira, tapi Riana tidak mempedulikan nya dan duduk di pojok an dengan diam. Beberapa saat kemudian, alat di leher Riana berdering dan mengeluarkan suara kucing yang khas dan lagi-lagi dia tidak mempedulikan nya, Daniel yang sedang di ruang OSIS bersama Pak Molan menekan tombol untuk alat Riana tapi tidak ada respon sekalipun, Daniel panik dan melihat ke arah Pak Molan tapi Pak Molan hanya menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba Akira membuka pintu sambil menangis lalu memeluk Daniel.
"Ada apa Akira? kenapa kamu menangis di saat acara yang meriah seperti ini?" Daniel mencoba bertanya dengan nada yang lembut.
"Riana...dia menamparku hingga merah seperti ini!" Akira memperlihatkan pipinya yang merah tapi Daniel langsing tahu bahwa itu hanya lipstik yang di oles kan di pipinya agar terlihat di tampar oleh seseorang, tapi Daniel memiliki ide dan melihat ke arah Akira dengan marah.
"Benarkah?! Dimana dia sekarang?!"
"D-di gudang! Jika kamu mendengar nya menggedor pintu maka dia sedang marah dan ingin menamparku lagi!" Akira kembali menangis. Daniel melihat ke arah Pak Molan dan mengangguk lalu berdiri dan mengusap air mata Akira dari pipinya.
"Jangan khawatir...aku akan memarahinya sekarang juga, kamu tunggu di sini oke?" Dengan cepat Daniel menuju ke gudang dan melihat pintu sedang tertutup dan terkunci dari luar. Pak Molan membuka pintu tersebut tapi mereka tidak menemukan Riana di sana, Daniel mencari Riana dan menemukan Riana sedang berbaring di lantai dengan mata tertutup, dengan panik dia berlari ke arah Riana dan mengguncang tubuhnya.
"Riana! Bangun! Ini bagian rencana kita yang paling akhir! Aku minta maaf tidak memberi tahumu sebelum nya" Daniel terus mengguncang tubuhnya hingga Riana membuka matanya dengan mata yang lelah.
"Oh astaga...kamu baik-baik saja, Riana?" Pak Molan membantu Riana untuk duduk.
"Tinggalkan aku sendirian di sini...aku tidak mau melakukan apapun lagi..." Kata Riana dengan berbisik, tiba-tiba Daniel memegang tangannya.
"Sedikit lagi, Riana...ini paling akhir! kumohon bertahan lah sedikit lagi"Â
"Ya, Riana...kamu ingat bahwa aku mengumumkan bahwa kamu akan meminta maaf kan? kamu hanya perlu melakukan itu sekarang, Riana dan sisanya akan kami urus" Pak Molan melihat Riana dengan lembut dan menunggu jawaban dari Riana, akhirnya Riana pun setuju dan berdiri.
"Baiklah...aku akan bertahan sedikit lagi.." Mata Daniel berubah menjadi semangat.