Daniel menekan sesuatu yang ada di leher Riana, Riana hanya berdiri mematung.
"A-apa yang kamu lakukan Daniel?" Riana menatap ke arah Daniel.
"Hmmm, mungkin bukti ini akan cukup saat acara sekolah besok tuan Molan" Daniel melihat ke arah pak Molan.
"Ya...mungkin saja, tapi aku berharap begitu..." Riana semakin bingung dan memiringkan kepalanya.
"Apa itu adalah alat yang kamu pasang, Daniel?"
"Ya...kamu benar, Riana...dan aku harap video dan audio di sana dapat membuktikan bahwa Akira bersalah" Daniel tersenyum dan membuka laptop nya kembali lalu memperlihatkan aplikasi yang tersambung kepada alat yang ada di leher Riana.
"Baiklah kalau begitu...aku akan kembali ke kelas ku dahulu" Riana membalikkan badannya dan berjalan ke kelasnya. Yahhhh seperti biasa, para siswa mulai membulinya terus menerus bahkan Akira yang menjadi kompor dari semua ini, Daniel melihat dari jauh dan melindungi Akira untuk menjalankan rencana mereka bertiga.Â
Beberapa hari kemudian Riana di panggil kembali oleh Daniel untuk pergi ke ruang OSIS. Saat Riana masuk ke ruang OSIS alangkah terkejutnya bahwa banyak guru yang sedang duduk di sana beserta anggota OSIS yang lainnya, mereka melihat Riana dengan tatapan yang tajam dan benci bahkan marah.
"Silahkan duduk di samping saya Riana" Kata pak Molan sambil menepuk kursi di sebelahnya.
"Baiklah...sebagai ketua OSIS saya akan memulai rapat tentang acara sekolah yang akan kita mulai besok malam" Daniel mengetuk meja dan melihat beberapa lembar dokumen dan memulai rapatnya. Selang beberapa menit Daniel membuka sesi pertanyaan dan saran, banyak huru yang angkat tangan untuk bertanya dan pak Molan adalah guru terakhir yang mengangkat tangannya.
"Saya ingin memberi saran untuk acara besok, mungkin ini tidak perlu meminta pendapat anak-anak di kelas karena mereka pasti akan menyetujuinya." Pak Molan berkata sambil melihat ke arah Riana.