"A-akira...ada apa?" Riana melihat Akira dengan wajah sedikit takut.
"Apa yang kalian bicarakan dengan Daniel? oh! oh! Aku tahu! biar kutebak! Pasti hukuman bukan?!" Akira tertawa dengan keras.
"Akira! kenapa kamu melakukan ini?! aku kira kita adalah sahabat!" Riana balas membentak.
"Oh tunggu dulu...memang nya kamu berpikir bahwa aku selalu menjadi sahabatmu selalu? hah! Pasti kamu salah besar, Riana! Ingatlah beberapa hal ini" Akira mendekat kepada Riana dan mengeluarkan alat perekam suara.
"Yang pertama...jika kamu memberi tahu seseorang tentang ini aku akan menyetel ini di depan masyarakat luas, yang kedua...Jangan kamu dekati Daniel...dia hanya milikku semata dan tidak ada yang bisa merebut nya dari ku dan yang terakhir... Riana...permainan akan di mulai dari sekarang dan juga tidak akan ada yang bisa memihakmu lagi" Akira menyeringai dan pergi meninggalkan Riana sendirian di sana.
Keesokan harinya, Riana banyak menerima cacian dari semua orang bahkan mengintimidasi secara fisik, guru pun ikut mencaci maki Riana. Akira benar, tidak ada yang mempercayainya lagi sekarang, tapi Riana tetap mengukuhkan mentalnya untuk menghadapi ini. Hati Riana sedikit lega saat Riana menceritakan semuanya kepada Daniel, ini Bukan karena Riana menyukai nya! Kalian pasti juga merasa begitu kan saat menceritakan masalah kepada orang lain? Mereka berdua membicarakan hal itu di ruang OSIS agar mengira Riana sedang di hukum.
"Ada beberapa kejutan kecil untuk mu, Riana" Daniel menunjuk ke arah pintu, mata Riana melebar saat guru berbadan kekar masuk ke dalam ruangan.
"Apa ini, Daniel? aku kira semua guru membenciku" Riana memiringkan kepalanya, Daniel hanya tertawa kecil dan mempersilakan guru itu untuk duduk.
"Perkenalkan ini adalah guru baru Matematika, dia jurusan psikologi dan dia juga berkata bahwa gerak gerik dari Akira hanyalah bohongan." guru tersebut mengangguk.
"Saya guru termuda di sini, panggil saya Molan saja"
"Baiklah...Molan, ingin membantu untuk mengungkap kasus ini" Daniel mengambil laptopnya. Tiba-tiba seorang siswa membuak pintu dengan keras dengan membawa Akira, Akira dengan cepat memeluk Daniel dengan erat sambil menangis.