Masyarakat di Desa Sambiharjo memiliki potensi terkait usaha produksi daerah yang selalu dikembangkan berupa produk gula yaitu gula nira. Gula nira merupakan cairan manis yang keluar dari tandan nira. Produk yang dihasilkan dari gula nira ini diketahui mulai dikembangkan pada tahun 2004. Namun, saat ini proses produksi kurang mengalami perkembangan karena mengalami kendala terutama dalam kegiatan pemasaran produk.Â
Bermula dari masyarakat Sambiharjo yang hanya menggunakan marketing secara tradisional yaitu dengan menjual kepingan gula jawa ke pasar dan tetangga sekitar. Hal itu menyebabkan kurangnya pemasukan yang didapatkan oleh masyarakat setempat. Hampir semua pengrajin gula di Sambiharjo memproduksi Gula Nira tersebut dengan konsep pemasaran yang sama sehingga tidak terdapat value preposition disetiap produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, melihat dari potensi dan kekurangan yang dimiliki Desa Sambiharjo, kami tim 216 KKN Tematik Integratif UNS memiliki inisiatif untuk memberikan sosialiasi beserta praktik langsung pengolahan mengenai pengembangan potensi produk gula nira tersebut.Â
Pengolahan gula nira menjadi gula semut di Desa Sambiharjo, Kecamatan Parnggupito, Kabupaten Wonogiri ini diperkenalkan sebagai suatu program kerja pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Periode Juli-Agustus 2022 Kelompok 216 yang beranggotakan Arwin Iqbal Fauzan (Hukum), Alifa Tsamratuz Zahirah (Sastra Arab), Putri Jauharotul Wahidiyah (Hukum), Devinta Yudhanti (Psikologi), Nurin Adyanisa Fajrin (Agroteknologi), Aditya Perdana Putra (Teknik Industri), Yasmin Hanun Kinanti (Fisika) dan Ignasia N. G. Neyun (Statistika).Â
Program pemberdayaan masyarakat Desa Sambiharjo melalui pengembangan potensi produk gula nira yang berlangsung selama dua hari bertujuan untuk mengembangkan UMKM masyarakat sekitar terlebih di sektor digital marketing, branding, dan packaging terhadap suatu produk jual.Â
Hari pertama dilakukan sosialisasi tentang pengolahan dengan mengundang pembicara external yang ahli dibidangnya, yaitu Pak Khoirul Huda yang merupakan ketua dari Koperasi Ikhtiar Swadaya Mandiri (ISM) Manggarsari. Beliau merupakan aktivis dibidang pengolahan Gula Nira karena rajin mensosialisasikannya kepada masyarakat sekitar sehingga beliau sangat tepat untuk dijadikan pembicara pada program ini.
Penyuluhan pada hari pertama diadakan tanpa menggunakan bantuan slide presentasi melainkan berdiskusi secara langsung antara Pak Khoirul dengan pengrajin Gula Nira di Desa Sambiharjo. Materi pertama yang disampaikan pembicara adalah mengenai kesadaran akan pentingnya sisi higenis tanpa bahan kimia sebagai bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan Gula Nira. Di Desa Sambiharjo hampir semua masyarakat masih menggunakan sabun sebagai bahan dasar pengolahan Gula Nira. Sabun digunakan untuk membersihkan dan menjernihkan getah dari hasil cairan nira.Â
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sabun merupakan bahan kimia yang berbahaya apabila dikonsumsi oleh manusia. Kesadaran pengrajin gula di Sambiharjo masih sangat minim akan penggunaan sabun tersebut dikarenakan oleh banyak faktor, diantaranya harga sabun yang lebih murah dibandingkan dengan bahan pengganti lainnya dan juga ketersediaan bahan yang digunakan. Pak Khoirul Huda dalam pemaparan diskusinya menjelaskan bahan pengganti yang dapat digunakan untuk mengganti sabun, yaitu galih nangka maupun manggis.Â