Mohon tunggu...
Yasmin Ananda Putri
Yasmin Ananda Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Selamat datang di laman saya! Saya adalah mahasiswi Ilmu Perpustakaan yang tertarik di bidang politik nasional dan internasional, teknologi terutama UI/UX, dan mendalami sejarah-sejarah di Indonesia (Agama, Budaya, dan Masyarakat) Tujuan saya berada di Kompasiana yaitu ingin mendalami isu tersebut dan melatih kepenulisan belajar dari Blogger yang berada di sini. Mohon bimbingan dan pengetahuannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pemanfaatan Generative AI untuk Rekonstruksi Koleksi Museum dan Perpustakaan Akibat Fenomena Secara Internal dan Eksternal

17 Juni 2024   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2024   16:20 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan informasi dan media baru telah melenggang pesat di seluruh dunia. Kemunculan teknologi secara masif diperuntukkan agar manusia dapat melakukan hal lebih sederhana daripada sebelumnya. Salah satu penemuan yang memiliki eksistensi besar di kalangan publik adalah Artificial Intelligence (AI) yang merupakan teknik meniru kecerdasan dari suatu makhluk hidup yang ditargetkan agar permasalahan yang dimiliki manusia dapat terselesaikan. Berdasarkan fungsinya, AI telah menjadi teknologi yang dapat diaplikasikan ke berbagai bidang, tidak terkecuali bidang manajemen informasi.

Manajemen informasi memiliki fokus dalam mengumpulkan, menyimpan, memelihara dan mengelola data dan jenis informasi lainnya. Sektor yang memiliki afiliasi dengan ilmu manajemen informasi adalah museum dan perpustakaan. Namun, sangat disayangkan bahwa museum dan perpustakaan sering mengalami masalah dalam manajemen informasi. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal, seperti kebakaran, gempa, inefektivitas pengelolaan, dan banyak faktor lainnya. Terdapat beberapa kasus dalam beberapa waktu terakhir mengenai koleksi perpustakaan atau museum yang rusak diantaranya:

1. Koleksi Manuskrip dan Naskah Kuno di Museum Nasional dilahap 'Si Jago Merah'

Insiden ini terjadi pada september tahun lalu yang disebabkan kebakaran yang melanda Museum Nasional. Beberapa koleksi dinyatakan tidak teridentifikasi akibat api yang merambat pada koleksi benda bersejarah tersebut. Faktor eksternal yang terjadi secara tidak terduga inilah yang menjadi permasalahan krusial apabila museum-museum lainnya mengalami kejadian yang serupa di kemudian hari.

2. Gempa Lombok Utara Menyebabkan Koleksi Dinas Perpustakaan Kab. Lombok Utara Rusak

Gempa ini terjadi pada tahun 2018 lalu, gempa sebesar 7 SR mengakibatkan sekolah-sekolah dan kantor mengalami kerusakan ringan hingga berat. Fasilitas umum yang terdampak salah satunya adalah perpustakaan. Sebagai langkah preservasi, pemerintah memberikan Tim Preservasi dari Jakarta untuk melakukan perbaikan koleksi. Namun, hal ini dapat menjadi masalah karena koleksi arsip sendiri merupakan benda yang rentan rapuh dalam hitungan waktu. Mobilisasi pemerintahan pusat mengalami jangka waktu yang tentatif, apabila hal ini terjadi pada suatu lokasi yang jauh, maka koleksi kearsipan terancam rusak parah akibat tidak dilakukannya perbaikan secara instan.

3. Ratusan Koleksi Naskah Kuno Museum Radya Pustaka Rusak

Museum Radya Pustaka melaporkan sebanyak kurang lebih 400 naskah kuno peninggalan tahun 1800 terancam rusak. Diketahui penyebab dari kejadian ini adalah kelembaban yang tidak sesuai dengan standar operasional, penggunaan Air Conditioner (AC) yang terus menerus mengakibatkan ruangan penyimpanan arsip mengalami kondisi terlalu lembab. Pengkondisian museum dilakukan setelahnya karena kerusakan yang terjadi merupakan faktor internal pada museum.

Solusi dari beberapa kasus tersebut adalah alih media koleksi menjadi koleksi digital. Namun, koleksi yang mengalami alih media tersebut sering ditemukan bahwa koleksi tersebut tidak terbaca atau memudar. Oleh karena itu, perlu dilakukannya rekonstruksi pada koleksi arsip dan museum.  

Generative AI adalah salah satu dari cabang teknologi Artificial Intelligence itu sendiri, penggunaan Generative AI adalah kelanjutan teknik Machine Learning yang mempelajari pendalaman pada jaringan yang akan dianalisis. Pemanfaatan Generative AI merupakan langkah awal rekonstruksi yang efisien karena analisis dilakukan dari koleksi yang tersisa. Setelah itu, Generative AI dapat melakukan rekonstruksi bagian yang hilang sehingga dapat menghasilkan temuan baru dari informasi yang tidak dapat diakses sebelumnya. Namun, perlu dipertimbangkan dampak negatif penggunaan Generative AI ini seperti privasi data, verifikasi yang mengumpulkan data pribadi, dan peluang terjadi ketidakakuratan informasi. Maka dari itu, perlu pertimbangan lebih lanjut mengenai penggunaan AI dalam preservasi cagar budaya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun