Selain untuk keperluan mitigasi, kajian resiko untuk bahaya dari berbagai jenis potensi bahaya alam lebih lanjut dapat juga dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan rencana tanggap darurat atau emergency operation plan (EOP) yang terjangkau (achievable/workable), sederhana, dan tepat (appropriate). Pada dasarnya EOP merupakan kerangka dasar dalam rencana tanggap darurat yang terkoordinasi dan efektif, karena di dalamnya umumnya telah mendefinisikan peranan dan tanggung jawab seluruh stakeholder seperti pemerintah, organisasi swasta dan sukarelawan, dan badan-badan lain yang terdapat di dalam suatu wilayah negara
Eksistensi Radio Sebagai Sarana Mitigasi Bencana
Radio dipandang sebagai "kekuatan kelima (the fifth estate) setelah lembaga pemerintahan ( eksekutif), parlemen (legislatif), lembaga peradilan (yudikatif) dan pers atau surat kabar. Â Hal tersebut terjadi karena sebuah radio mempunyai kekuatan yang langsung saat menyampaikan pesan atau informasi. Ada pula yang menyebut radio dengan Radio is the Now media. Pengertian now di sini adalah kesegarannya. Dibandingkan dengan media cetak dan televisi, selain lebih cepat dalam proses penayangan informasi dan lebih murah dalam proses operasionalnya, radio dimungkinkan untuk menyebarkan informasi seketika.
Seiring dengan munculnya berbagai stasiun radio, peran radio sebagai media massa semakin besar dan mulai menunjukkan kekuatannya dalam memengaruhi masyarakat "theatre of mind". Pada tahun 1938, masyarakat Manhattan, New Jersey, Amerika Serikat panik dan geger serta banyak yang mengungsi ke luar kota ketika stasiun radio CBS menayangkan drama radio yang menceritkaan makhluk ruang angkasa menyerang bumi. Meskipun sudah dijelaskan bahwa peristiwa serbuan itu hanya ada dalam siaran radio, namun kebanyakan penduduk tidak langsung percaya. Dalam sejarah siaran, peristiwa itu dicatat sebagai efek siaran paling dramatic yang pernah terjadi di muka bumi.
Begitu kuatnya efek audio ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai kepanjangan tangan pemerintah berupaya menghadirkan alternatif hiburan sebagai sarana edukatif terkait percepatan dan penyebaran informasi seputar kerentanan bencana. Terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau media massa maupun elektronik. Mengangkat genre kolosal'' Asmara di Tengah Bencana'', pendengar serasa dibawa ke sebuah pusaran waktu, ketika sejarah mengabdikan kejayaan Mataram bertahta di tanah Jawa. Hembusan angin, derap langkah kuda, gemericik air kali membuat pendengar seperti terhipnotis dan serasa masuk kedalam babak demi babak cerita. Mengingatkan kita akan kejayaan Saur sepuh, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara di era 90-an. Dibalur dengan kisah kasih romantis dan dialog-dialog penuh intrik terutama saat terjadi gunung merapi meletus tentu akan semakin memikat dan membuka kesadaran, bahwa bahaya bisa datang kapan saja.
Dari Strategi pemberdayaan masyarakat dalam menaggulangi bencana via media radio maka dapat ditarik benang merahnya sebagai berikut
(1) Pemanfaatan nilai-nilai lokal dan pengetahuan masyarakat setempat yang terkait dengan penanggulangan bencana alam
(2) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana;
(3) pemberdayaan peran masyarakat dalam menghadapi bencana yang didapat dari pengalaman (proses belajar dari pengalaman sebelumnya)