Mohon tunggu...
Hanun Aulia Yasmin
Hanun Aulia Yasmin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa aktif Antropologi Universitas Airlangga

Menyukai isu lingkungan, serta fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Fan War di Media Sosial sebagai Bentuk Fanatisme Budaya K-pop di Indonesia

25 Juni 2022   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2022   19:55 2783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agresi verbal yang dilakukan oleh penggemar K-Pop didorong oleh fanatisme. Fanatisme adalah keyakinan terhadap suatu objek yang seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan terhadap objek. Sikap fanatik yang ditunjukkan adalah dengan rasa antusias ekstrem, keterikatan emosi, cinta, dan minat yang berlebihan serta berlangsung dalam waktu lama. 

Seringkali seseorang menganggap bahwa apa yang mereka yakini adalah yang paling benar, sehingga akan timbul kecenderungan membela serta mempertahankan kebenaran yang diyakini. Sikap fanatik akan terus berkembang dengan adanya dukungan dari orang terdekat yang terlihat pada tingkah laku individu atau kelompok dengan sikap fanatik (Eliani et al., 2018). 

Secara tidak langsung, fanatisme yang ditunjukkan penggemar dapat membentuk pola pikir, identitas, dan kebiasaan mereka dalam bersosialisasi. Mereka cenderung asik sendiri dengan handphone, membagikan temuan-temuan dari berita idola yang difavoritkan kepada sesama penggemar (Rinata et al., 2019). 

Hal ini sejalan dengan penelitian Jenni Eliani, Dkk, (2018) yang berjudul “Fanatisme dan Perilaku Agresif di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop” dengan melibatkan 915 partisipan, dimana terdapat hubungan positif antara fanatisme dengan perilaku agresif verbal di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi fanatisme oleh penggemar K-Pop, maka akan semakin tinggi pula perilaku agresif yang dilakukan di media sosial, begitupun sebaliknya. 

Interaksi dalam bermedia sosial yang semakin beragam, harus memperhatikan etika. Hal ini sangat krusial agar segala aktivitas bermedia sosial kita tidak berdampak buruk dalam kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Maulinda & Suyatno, 2016). 

Komunikasi terhadap seseorang haruslah secara sopan dan komunikatif. Pemilihan kata yang diambil sebelum kita ungkapkan harus di perhatikan dengan baik. Mengidolakan seseorang bukanlah hal yang buruk. Namun sebagai manusia, perlu mengendalikan sikap fanatik. Sesuatu yang berlebihan akan membawa dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Penggemar idol K-Pop hendaknya lebih bijaksana dalam berperilaku. Komunikasi antar penggemar tidak sepatutnya digunakan untuk menyalurkan emosi. Meskipun tidak melukai seseorang secara fisik, namun korban akan mengalami dampak psikologis. 

DAFTAR PUSTAKA 

Agnensia, N. P. (2018). Fan War Fans K-Pop dan Keterlibatan Penggemar dalam Media Sosial Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi.

Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 3(1), 59. https://doi.org/10.21580/pjpp.v3i1.2442

Maulinda, R., & Suyatno. (2016). ETIKA KOMUNIKASI DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL ( INSTAGRAM ). 

Rinata, A. R., Dewi, S. I., Studi, P., Komunikasi, I., Tribhuwana, U., & Malang, T. (2019). FANATISME PENGGEMAR KPOP DALAM BERMEDIA SOSIAL DI INSTAGRAM. Jurnal Ilmu, 8(2), 13–23. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun