Seperti itu seringkali kita berpikir. Hanya emosi yang dipakai,akal dan hatinya diistirahatkan. Sehingga, setiap peristiwa hanya dimaknai secara kasar,tanpa perenungan dan pemikiran. Dan persepsi kita pun menjadi salah sehingga bahkan tidak ada satupun pembelajaran yang kita dapat.
Memaknai setiap peristiwa dengan hati hati adalah salah satu bentuk kebijaksanaan. Seperti Nabi Musa yang meminta Nabi Khidr untuk menyaksikan dan memaknai setiap perbuatannya dengan lebih bijaksana. Dengan lebih BERPRASANGKA BAIK.
Seorang yang bijak akan selalu berusaha menambah kualitas dirinya dengan memaknai hikmah dari setiap peristiwa. Mungkin tak ada satu peristiwa pun yang dipandangnya buruk atau sia sia. Dengan bermodalkan kemauan belajar,memperbaiki diri,serta kemauan berprasangka baik,setiap peristiwa pasti akan dicari hikmahnya,seburuk apa pun.
Sehingga,semua usaha kita dalam menarik hikmah dan pelajaran pada akhirnya akan kembali pada diri kita. Mana yang lebih baik antara bola yang sedang diam di atap rumah dibandingkan dengan bola yang berada di tanah namun baru saja ditendang dengan keras ke atas? Aku lebih menghargai orang yang mempunyai kemauan belajar yang tinggi meskipun ia bodoh daripada orang yang sudah pintar dan merasa sudah puas dengan ilmunya sekarang.
Belajarlah kawan, belajar lah dari setiap kejadian. Mari belajar dari setiap musibah. Mari belajar dari setiap kesulitan. Mari hauskan diri dengan semangat memperbaiki diri. Mari memaknai setiap kejadian dengan lebih baik.
Dan banyak lagi cerita seperti itu.
Mari bersama sama belajar,karena tanpa sebuah pembelajaran,kita hanya akan menjadi seperti robot,yang menjalankan rutinitas tanpa makna. Yang pertimbangannya hanya dengan logika saja,tanpa rasa.
Mari buka pikiran dan hati,sehingga nurani kita tidak mati rasa dimakan ambisi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H