Kakiku tempo hari terluka karena terkena knalpot motor. Segeralah aku masuk rumah dan mengolesi lukaku dengan minyak dan obat luka bakar. Tidak banyak yang aku pikirkan saat itu,hanya menahan sakit sebisa mungkin. Lalu sore harinya, ibuku terkena musibah. Kakinya tidak sengaja menumpahkan sayur yang baru mendidih sehingga sebagian kakinya tersiram air panas. Aku pun tidak berpikir panjang lalu bergegas mengambil obat luka bakar yang aku SUDAH SANGAT HAPAL LETAKNYA. Kaki ibu ku pun selamat,tidak ada luka melendung seperti luka bakar lainnya. Alhamdulillah. Tidak henti2 nya kemudian aku tersenyum dan bersyukur,karena ternyata,aku diberi luka untuk mempersiapkan ibuku yang akan terluka juga.
--------------------
Aku punya pemahaman yang baru tentang ucapan Rasulullah ttg belajar,
Tuntutlah ilmu,dari buaian hingga liang lahat
Memang mungkin seperti itu seharusnya seorang muslim hidup; penuh pembelajaran di sana sini; penuh ilmu yang dipetik dari berbagai sumber. Awalnya aku mengartikan "menuntut ilmu" yang Rasul katakan td secara sangat sempit. Aku mengartikannya sebagai proses belajar,menambah ilmu pengetahuan yang berasal dari penambahan wawasan dan penajaman akal semata. Bahkan aku mengartikan sebagai proses belajar baku, resmi, formal, di bawah naungan lembaga, sebatas akademis. Ya, awalnya aku mengartikan seperti itu.
Namun, seiring waktu, aku diberi pemahaman yg lebih luas ttg itu. Tentang belajar, yang betul betul dari buaian hingga liang lahat. Aku mungkin diajari Allah tentang arti sebuah pembelajaran melalui amanah dan rangkaian aktivitas.
Mempelajari kehidupan.
Aku belajar bahwa manusia ini seperti kendaraan. Iya harus punya bahan bakar untuk bisa berjalan. Dan bahan bakar itu adalah keinginan belajar.
Kita sebenarnya berada pada kondisi yang sangat berbahaya ketika setiap aktivitas kita,tidak didasari oleh semangat belajar. Semangat belajar lah yang membuat manusia tetap bergerak,tetap mencari tahu. Adalah celaka ketika kita merasa sudah tau semua hal, sehingga dengan sombongnya kita tidak mau untuk membuka pikiran dan mencari tahu hal hal baru.
Aku pun kini mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian makna dan penarikan hikmah dari suatu peristiwa. Ketika dihadapkan pada satu peristiwa,hanya jiwa jiwa pembelajar lah yang mau dengan pikiran jernih memaknai peristiwa tsbut dengan cara yang berbeda. Hanya jiwa jiwa pembelajarlah yang mau dan mampu menarik hikmah dan pelajaran dari peristiwa tersebut.
Ketika seorang kakak membiarkan adiknya jatuh berkali kali saat belajar sepeda,maka mungkin sang kakak bermaksud memberi kesempatan pada adiknya untuk berjuang sendiri. Meski mungkin,adiknya memaknai tindakan kakaknya sebagai ketidakpedulian,keangkuhan,atau pun kejahatan.