Mohon tunggu...
Muhammad Yasir
Muhammad Yasir Mohon Tunggu... -

Mahasiswa ITB angkatan 2007 program studi Sistem dan Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ikhlas

27 Januari 2011   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cahaya iman terbungkus sangat rapi
Tertutup rapat di dalam relung hati
Samapi-sampai jiwa ini tak dapat menyentuhnya
Padahal, cahayanya sangat indah
Namun, terbelenggu oleh titik-titik dosa hitam

Titik itu merangkai sebuah kubus hitam
Yang di dalamnya, terkurung segenggam iman
Kasihan ia, cahayanya tak tembus
Hati pun gulita, buta, meraba ketika meniti

Mahasuci sungguh dzat-Nya
Ia menciptakan telinga ini
Sehingga aku bisa mendengar suaramu
Yang menciptakan mata ini
Sampai aku bisa melihat sosokmu

Mahasuci sungguh dzat-Nya
Menciptakan hati yang mudah lunak
Yang mudah mengeras terkadang
Ia juga mengizinkan telingaku, mataku
Menyampaikan indahmu pada hati dan jiwa
Seperti kilatan cahaya yang menembusku
Melibangi kubus hitam, hingga iman kembali bercahaya

Perlahan kau tuntun aku
Menuju kepada Tuhan-mu
Aku tautkan hatiku, lakumu sebagai kendali

Mahasuci sungguh dzat-Nya
Yang telah mnghiasi rasa cinta
Yang menghiasi jembatan keimanan
Menjadi pegangan ketika ku berjalan

Masa berlalu, aku pun darimu
Menjadi sosok insan yang mencari
Cahaya iman Allah Ta’ala segala maha
Menjadi poros segala laku

Seorang merasakan nikmat iman
Saat ia mencintai karena Allah
Bukan ia mencintai selain Allah
Aku pun takut nikmat ini fana

Dan aku pun sadar
Menjadikanmu sebuah tercinta
Hanya karena Allah
Tapi aku masih belajar
Biarkan aku belajar mencintaimu
Karena Allah
Atau biarkan aku mencintai Allah
Sehingga aku mencintaimu

Karena aku masih belajar
Untuk memurnikan niatku
Agar aku bisa memuaskan diri dengan ridho Allah
Saja..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun