Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

benarkah pornografi berdampak pada otak? ini kata dr.ryu hasan

23 Januari 2025   17:47 Diperbarui: 23 Januari 2025   18:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Dari: you tube kompas.com (https://youtu.be/QYEkN0u-PBo?si=J-dEm5-XhHQeSppZ)

Pornografi telah menjadi topik yang kontroversial di masyarakat modern. Banyak yang percaya bahwa menonton konten dewasa dapat memberikan dampak negatif pada otak, mulai dari kecanduan hingga perubahan struktural. Namun, apa kata ilmu pengetahuan? Dr. Ryu Hasan, seorang ahli saraf, memiliki pandangan menarik terkait hal ini. Dalam berbagai kesempatan, ia menjelaskan bahwa banyak asumsi tentang pornografi sebenarnya tidak didukung oleh data ilmiah.

Anda juga dapat menyaksikan penjelasan lengkap Dr. Ryu Hasan tentang pornografi melalui video berikut: Penjelasan Dr. Ryu Hasan tentang Pornografi.

1. Tidak Ada Bukti Pornografi Merusak Otak

Salah satu pernyataan Dr. Ryu Hasan yang menarik adalah bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menonton konten dewasa dapat secara langsung merusak otak. Menurutnya, otak manusia tidak berubah secara fisik hanya karena seseorang menonton pornografi. Ia menyebut bahwa anggapan ini lebih merupakan mitos atau salah kaprah yang beredar di masyarakat.

Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa jika seseorang melihat sepatu, otaknya memproses informasi tersebut sebagai sepatu, begitu juga dengan konten dewasa. Proses ini tidak serta-merta mengarah pada perubahan besar pada otak. Namun, tentu saja ada efek psikologis tertentu, terutama jika konten tersebut dikonsumsi secara berlebihan.

2. Pornografi dan Sistem Penghargaan Otak

Dr. Ryu Hasan menjelaskan bahwa menonton konten dewasa dapat memicu pelepasan dopamin, zat kimia di otak yang berperan dalam memberikan rasa senang. Ini serupa dengan respons otak ketika seseorang makan makanan favorit atau melakukan aktivitas yang menyenangkan lainnya. Namun, ia menekankan bahwa respons ini tidak berbeda secara signifikan dari aktivitas lainnya.

Kekhawatiran muncul ketika seseorang mengonsumsi pornografi secara berlebihan, yang bisa saja menyebabkan toleransi atau kebiasaan yang tidak sehat. Tetapi ini lebih terkait dengan kebiasaan dan perilaku, bukan perubahan fisik pada otak.

3. Pornografi dan Sejarah Moralitas

Dr. Ryu Hasan juga membahas bagaimana pandangan tentang pornografi berubah seiring waktu. Ia menjelaskan bahwa pada masa lalu, pornografi tidak dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Namun, segalanya mulai berubah sekitar abad ke-19, terutama di era Ratu Victoria di Inggris. Pada masa itu, moralitas Victorian yang konservatif mulai memengaruhi pandangan masyarakat terhadap seksualitas dan pornografi.

Moralitas ini kemudian berkembang menjadi norma sosial yang melarang segala hal yang dianggap tidak sesuai, termasuk pornografi. Hingga kini, pandangan tersebut masih memengaruhi banyak masyarakat, termasuk di Indonesia, meskipun dengan konteks yang berbeda.

4. Efek Pornografi pada Anak-anak

Meski tidak ada bukti bahwa pornografi merusak otak secara langsung, Dr. Ryu Hasan menekankan bahwa anak-anak sebaiknya tidak terpapar konten semacam itu. Alasannya, otak anak-anak masih dalam tahap perkembangan, dan mereka tidak memiliki kapasitas untuk memahami atau memproses informasi yang terlalu kompleks atau dewasa.

Ia memberi analogi bahwa anak-anak yang dipaksa mempelajari matematika kuantum akan bingung, karena itu bukan sesuatu yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan mereka. Hal yang sama berlaku untuk pornografi.

5. Kesimpulan

Pernyataan Dr. Ryu Hasan memberikan perspektif baru tentang pornografi. Ia menekankan bahwa dampak pornografi pada otak lebih berkaitan dengan perilaku dan konteks penggunaannya, bukan perubahan fisik pada otak itu sendiri. Namun, ia juga menyoroti pentingnya bimbingan yang tepat, terutama bagi anak-anak, untuk memastikan mereka terpapar informasi yang sesuai dengan usia mereka.

Pornografi tetap menjadi isu yang kompleks, yang melibatkan aspek budaya, moralitas, dan psikologi. Apa pun pendapat Anda tentangnya, yang jelas adalah pentingnya mendekati topik ini dengan pemahaman yang berdasarkan data, bukan sekadar asumsi atau mitos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun