Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

apbn bolong akibat kabinet besar? tantangan efisiensi birokrasi di indonesia

21 Desember 2024   21:38 Diperbarui: 26 Desember 2024   11:11 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Foto bersama Presiden Prabowo Subianto, wakil presiden dan  para menteri kabinet merah putih, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo) 

Isu pemborosan anggaran negara sering menjadi sorotan publik, terutama ketika jumlah kabinet menteri dan pejabat yang diangkat terus bertambah. Pada titik tertentu, masyarakat mulai bertanya: apakah kabinet yang besar ini benar-benar diperlukan, atau justru menjadi beban bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)?

Kabinet Besar dan Beban Anggaran

Dalam konteks pemerintahan, kabinet besar sering kali dianggap mampu menjangkau berbagai sektor secara lebih efektif. Namun, kenyataannya, kabinet yang terlalu gemuk cenderung meningkatkan beban anggaran. Setiap posisi kabinet membutuhkan alokasi dana besar, mulai dari gaji, tunjangan, hingga fasilitas operasional. Jika jumlah pejabat terus bertambah tanpa disertai kinerja yang optimal, maka anggaran ini berisiko menjadi inefisien.

Sebagai perbandingan, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat memiliki kabinet yang lebih ramping, namun tetap mampu menghasilkan kebijakan berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pemerintahan tidak bergantung pada jumlah pejabat, melainkan pada kualitas dan kompetensi mereka.

Dampak pada APBN

Ketika anggaran negara digunakan secara tidak efisien, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Misalnya:

  1. Defisit Anggaran: Jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, pemerintah harus mencari cara untuk menutup defisit, seperti menaikkan pajak atau berutang.
  2. Beban Pajak Meningkat: Untuk menutupi biaya birokrasi yang tinggi, masyarakat sering kali menjadi sasaran kenaikan pajak. Hal ini tentu saja memberatkan, terutama dalam kondisi ekonomi yang belum stabil.
  3. Berpotensi Mengorbankan Program Produktif: Alokasi dana untuk sektor penting seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur bisa terganggu karena dana habis untuk membiayai birokrasi.

Mengapa Reformasi Birokrasi Diperlukan?

Reformasi birokrasi menjadi solusi utama untuk mengatasi masalah ini. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Pengurangan Kabinet yang Tidak Esensial: Jabatan yang tumpang tindih atau kurang relevan dengan kebutuhan strategis dapat dihilangkan. Dengan demikian, anggaran negara bisa dialokasikan untuk program yang lebih produktif.

  2. Penunjukan Berbasis Kompetensi: Pemilihan pejabat harus berdasarkan keahlian dan integritas, bukan sekadar balas budi politik. Pejabat yang kompeten lebih mungkin menghasilkan kebijakan yang efisien dan berdampak nyata.

  3. Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintah perlu membuka data terkait pengeluaran birokrasi kepada publik. Dengan begitu, masyarakat bisa mengawasi dan memastikan bahwa anggaran digunakan sesuai dengan kebutuhan.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun