Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

apbn bolong akibat kabinet besar? tantangan efisiensi birokrasi di indonesia

21 Desember 2024   21:38 Diperbarui: 21 Desember 2024   21:35 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Foto bersama Presiden Prabowo Subianto, wakil presiden dan  para menteri kabinet merah putih, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo) 

Digitalisasi Birokrasi: Teknologi dapat menggantikan peran administratif yang tidak terlalu esensial, sehingga jumlah pejabat bisa dikurangi tanpa mengorbankan efisiensi layanan publik.

Belanja Modal vs. Belanja Birokrasi

Anggaran negara sebaiknya lebih banyak dialokasikan untuk belanja modal ketimbang belanja birokrasi. Belanja modal, seperti pembangunan infrastruktur atau investasi di sektor teknologi, memiliki dampak ekonomi yang lebih besar karena dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas nasional.

Sebaliknya, belanja birokrasi yang terlalu besar cenderung bersifat konsumtif. Uang yang digunakan untuk menggaji pejabat tidak selalu menghasilkan manfaat langsung bagi masyarakat luas.

Kesimpulan

Kabinet besar tidak selalu menjadi solusi efektif bagi pemerintahan. Justru, kabinet yang gemuk berpotensi membebani APBN dan mengorbankan program-program produktif yang lebih penting. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi struktur kabinet secara menyeluruh dan memprioritaskan efisiensi birokrasi.

Langkah seperti pengurangan pejabat yang tidak esensial, seleksi berbasis kompetensi, serta peningkatan transparansi anggaran dapat membantu mengatasi pemborosan ini. Pada akhirnya, APBN yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat nyata bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya untuk segelintir pejabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun