Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mengajarkan berfikir kritis untuk masyarakat indonesia, dan berbagi pengetahuan lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Mistis dalam Pendidikan, Warisan atau Beban?

20 Desember 2024   08:31 Diperbarui: 20 Desember 2024   09:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencari Solusi: Pendidikan Rasional dan Kontekstual

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang mengintegrasikan nilai budaya dengan pendidikan modern. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Peningkatan Pelatihan GuruGuru, terutama guru agama, perlu diberikan pelatihan yang mengajarkan mereka cara menyampaikan nilai-nilai agama dengan pendekatan rasional. Mereka juga perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya mengembangkan pola pikir kritis pada siswa.

  2. Penyajian Kontekstual Cerita Mistis Cerita mistis dapat tetap diajarkan, tetapi dalam konteks sejarah atau budaya, bukan sebagai fakta. Hal ini dapat membantu siswa memahami nilai-nilai di balik cerita tersebut tanpa harus mempercayainya secara literal.

  3. Mendorong Diskusi Kritis Siswa perlu diajak untuk berdiskusi dan mempertanyakan cerita-cerita yang mereka dengar. Guru dapat memfasilitasi diskusi ini dengan menanyakan pendapat siswa tentang kebenaran cerita tersebut atau relevansinya di era modern.

  4. Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran Dengan memanfaatkan teknologi, guru dapat memperkenalkan bukti-bukti ilmiah atau pandangan alternatif yang mendorong siswa untuk berpikir kritis. Video, simulasi, atau artikel yang relevan bisa menjadi alat pembelajaran yang efektif.

Kesimpulan

Budaya mistis adalah bagian penting dari identitas Indonesia, tetapi perlu ditempatkan pada tempatnya. Ketika kepercayaan mistis masuk ke dalam pendidikan tanpa disertai konteks yang tepat, hal ini lebih menjadi beban daripada warisan. Pendidikan seharusnya menjadi ruang untuk mendorong siswa berpikir kritis, bukan memperkuat kepercayaan irasional. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menjaga tradisi tanpa mengorbankan kemampuan generasi muda untuk berpikir logis dan rasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun