Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya lebih suka mengkritik kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak baik dan seharusnya kita rubah menjadi kebiasaan yang lebih baik seperti bangsa Eropa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

perilaku dibentuk dengan latihan bukan dengan nasihat atau ancaman dosa

11 Desember 2024   16:46 Diperbarui: 11 Desember 2024   16:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Dari: suaraburuh.com 

Perilaku manusia adalah hasil dari kebiasaan dan pengalaman yang terbentuk selama hidup, bukan sekadar dari nasihat yang diberikan atau ancaman yang ditakutkan. Banyak orang beranggapan bahwa memberikan nasihat secara berulang atau menakut-nakuti dengan dosa dapat mengubah perilaku seseorang. Namun, bukti dari berbagai penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa perubahan perilaku yang efektif lebih banyak terjadi melalui pembiasaan dan latihan, bukan hanya melalui kata-kata atau ancaman.

Nasihat Sering Kali Tidak Efektif

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang tua, guru, atau pemimpin memberikan nasihat dengan harapan orang lain akan berubah. Misalnya, seorang anak yang dinasihati untuk rajin belajar mungkin hanya mendengarkan sesaat tetapi kembali malas keesokan harinya. Hal ini terjadi karena nasihat cenderung hanya memengaruhi pikiran secara sementara tanpa menciptakan perubahan nyata dalam kebiasaan.

Nasihat juga sering kali berbenturan dengan realitas emosional seseorang. Misalnya, seorang remaja yang dinasihati untuk tidak merokok mungkin mengerti bahwa merokok itu buruk. Namun, jika dia tidak memiliki pengalaman atau lingkungan yang mendukung kebiasaan sehat, maka nasihat tersebut menjadi sia-sia.

Ancaman Dosa Tidak Selalu Membawa Perubahan

Banyak budaya atau agama mengandalkan ancaman dosa untuk mengendalikan perilaku manusia. Contohnya, ancaman tentang neraka atau hukuman ilahi sering digunakan untuk membuat seseorang menjauhi perilaku buruk. Sayangnya, strategi ini sering menghasilkan ketakutan sementara tanpa pemahaman yang mendalam.

Ancaman dosa juga berisiko menciptakan perilaku yang hanya didasarkan pada rasa takut, bukan kesadaran moral. Seseorang mungkin menghindari dosa tertentu hanya karena takut dihukum, bukan karena memahami dampak buruk dari perilaku tersebut. Ketika ancaman ini tidak lagi relevan, perilaku buruk bisa muncul kembali.

Latihan Membentuk Kebiasaan

Sebaliknya, latihan dan pembiasaan telah terbukti menjadi cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku. Dalam psikologi, teori pembelajaran seperti habit formation menunjukkan bahwa manusia cenderung melakukan sesuatu yang diulang-ulang hingga menjadi kebiasaan otomatis.

Misalnya, jika seseorang ingin menjadi rajin berolahraga, nasihat tentang pentingnya olahraga tidak akan banyak membantu tanpa adanya tindakan nyata. Namun, dengan memulai latihan sederhana, seperti berjalan selama 10 menit setiap hari, perilaku tersebut bisa menjadi kebiasaan yang terus berkembang.

Latihan juga memberikan pengalaman nyata yang memperkuat pembelajaran. Contohnya, seorang anak yang diajarkan untuk berbagi akan lebih memahami nilai tersebut jika dia sering diajak berbagi secara langsung, bukan hanya dinasihati bahwa berbagi itu baik.

Pentingnya Lingkungan yang Mendukung

Latihan yang konsisten harus didukung oleh lingkungan yang kondusif. Jika seseorang hidup di lingkungan yang penuh dengan godaan untuk melakukan perilaku buruk, maka latihan positif akan sulit terwujud. Sebaliknya, lingkungan yang mendukung, seperti keluarga yang memberi contoh baik atau komunitas yang saling mendukung, dapat mempercepat proses perubahan perilaku.

Sebagai contoh, seorang anak yang ingin belajar disiplin perlu melihat orang-orang di sekitarnya menjalankan disiplin dengan konsisten. Latihan ini akan lebih efektif dibandingkan dengan hanya memberikan nasihat tanpa teladan nyata.

Mengubah Pola Asuh dan Pendidikan

Untuk menciptakan generasi yang lebih baik, pola asuh dan pendidikan harus lebih fokus pada pembiasaan daripada sekadar memberikan nasihat. Orang tua dan pendidik perlu melibatkan anak-anak dalam aktivitas yang menguatkan nilai-nilai positif. Sebagai contoh, jika ingin mengajarkan kejujuran, ajak anak untuk berdiskusi dan berlatih berbicara jujur dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, penting juga untuk memberikan penghargaan atas upaya, bukan hanya hasil. Hal ini membantu seseorang untuk lebih fokus pada proses daripada tekanan untuk mencapai kesempurnaan.

Kesimpulan
Perilaku manusia tidak dibentuk oleh kata-kata, ancaman, atau rasa takut semata. Perubahan yang nyata dan tahan lama hanya dapat terjadi melalui latihan, pengalaman langsung, dan pembiasaan yang konsisten. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan kesempatan untuk berlatih, manusia dapat mengembangkan perilaku positif yang lebih bermakna dan bertahan lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun