Ketika berbicara tentang berpikir bebas, banyak yang membayangkan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan atau membentuk pandangan tanpa terpengaruh oleh faktor eksternal. Namun, benarkah berpikir bebas itu ada? Dalam salah satu videonya yang berjudul 'Behavior Neuroscience bersama Dr. Ryu Hasan', Dr. Ryu Hasan memberikan pandangan menarik tentang bagaimana otak manusia bekerja dan mengapa berpikir bebas hanyalah ilusi.
Neuroplastisitas: Otak yang Dibentuk oleh Pengalaman
Dr. Ryu Hasan menjelaskan bahwa otak manusia adalah organ yang sangat adaptif. Ia memiliki kemampuan neuroplastisitas, yaitu kemampuan untuk membentuk dan mengubah jalur saraf berdasarkan pengalaman hidup. Setiap pengalaman---baik dari pola asuh, pendidikan, budaya, hingga lingkungan tempat kita tumbuh---membentuk cara otak kita bekerja dan memengaruhi bagaimana kita memahami dunia.
Menurut Dr. Ryu, otak kita tidak pernah memulai dari "kertas kosong". Semua pemikiran, keputusan, dan pandangan kita berakar pada hal-hal yang sudah tertanam sejak kecil. Bahkan, perilaku kita sering kali tidak sepenuhnya rasional, melainkan dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang sudah tertanam melalui pengalaman sebelumnya.
Berpikir Bebas atau Hanya Ilusi?
Pernyataan Dr. Ryu Hasan membuka mata bahwa yang kita anggap sebagai berpikir bebas sebenarnya hanyalah hasil dari pengaruh-pengaruh yang tak terlihat. Contohnya:
Lingkungan agamis dapat membentuk cara pandang seseorang terhadap kehidupan dan nilai-nilai tertentu.
Pendidikan formal sering kali mencetak pola pikir tertentu sesuai dengan kurikulum dan ideologi yang diajarkan.
Budaya dan norma sosial juga memainkan peran besar dalam membentuk apa yang dianggap benar atau salah oleh seseorang.
Dengan kata lain, ketika kita merasa sedang berpikir bebas, sebenarnya kita hanya merespons rangkaian pengalaman dan kepercayaan yang telah tertanam dalam otak kita.