Film horor di Indonesia telah menjadi salah satu genre yang sangat digemari, dengan beragam cerita dari legenda urban hingga boneka yang menyeramkan. Namun, meskipun memiliki unsur horor yang menarik, banyak film horor Indonesia kerap melewatkan pengembangan karakter yang mendalam dan emosi yang kuat.Â
Akibatnya, cerita sering kali kurang menyentuh hati atau meninggalkan kesan yang mendalam bagi penonton. Artikel ini menawarkan beberapa saran bagi para pembuat film di Indonesia untuk meningkatkan kualitas film horor melalui pengembangan karakter dan penciptaan emosi yang lebih dalam.
1. Membangun Latar Belakang Karakter dengan Lebih Mendalam
Salah satu elemen penting dalam cerita adalah karakter yang kuat dan mudah dipahami. Dalam film horor Indonesia, sering kali penonton langsung dihadapkan pada situasi horor tanpa penjelasan yang jelas mengenai latar belakang karakter utama.Â
Misalnya, dalam film The Doll 3, ada seorang anak kecil yang hidup bersama saudaranya setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Namun, cerita tidak menjelaskan mengapa saudaranya tiba-tiba terlihat begitu peduli ketika anak itu bunuh diri, hingga berusaha menghidupkannya kembali melalui arwah boneka.Â
Padahal, sebelumnya saudaranya ini tidak menunjukkan ikatan emosional yang mendalam. Dengan latar belakang keluarga yang kurang dijelaskan, hubungan emosional antara karakter pun terasa kurang kuat bagi penonton.
Latar belakang yang mendalam bisa mencakup kisah keluarga, pengalaman traumatis, atau alasan tertentu yang mengakibatkan si anak hidup tanpa orang tua. Detail-detail ini tidak hanya akan membuat karakter lebih "hidup," tetapi juga membantu penonton merasa lebih terhubung dengan perjalanan emosi mereka.
2. Menguatkan Elemen Emosi dalam Cerita
Film horor yang hanya berfokus pada ketakutan fisik seperti hantu, boneka hidup, atau suara aneh di malam hari mungkin menakutkan, tetapi belum tentu menggugah emosi. Horor yang mendalam sering kali justru berasal dari ketakutan emosional yang dialami karakter, seperti kesepian, kehilangan, atau trauma. Ketika emosi ini digarap dengan baik, ketakutan di layar dapat dirasakan lebih nyata oleh penonton.
Membangun emosi yang kuat dalam horor bisa dimulai dengan menggambarkan perasaan ketidakberdayaan atau penyesalan yang dirasakan oleh karakter utama. Misalnya, menggambarkan konflik batin seorang saudara yang merawat anak saudaranya yang sudah meninggal, atau perasaan bersalah yang mendalam karena tidak bisa melindungi orang yang mereka sayangi. Penonton akan lebih merasa terlibat dan bahkan tersentuh, karena emosi yang dihadirkan tidak hanya sebatas ketakutan belaka.
3. Menunjukkan Motivasi yang Jelas untuk Tindakan Karakter
Keterhubungan penonton dengan karakter akan semakin kuat ketika mereka memahami alasan di balik tindakan karakter. Misalnya, jika seorang saudara berusaha menghidupkan kembali anggota keluarganya yang sudah meninggal, penting untuk menunjukkan mengapa dia sampai pada keputusan itu. Apakah karena rasa bersalah? Atau karena keterikatan emosional yang begitu dalam?
Motivasi yang jelas dan menyentuh dapat menciptakan kedalaman cerita dan memberi warna lebih pada karakter. Ketika penonton mengetahui apa yang memotivasi tindakan karakter, ketegangan dalam cerita akan lebih terasa dan membuat penonton ikut terhanyut.
4. Menginspirasi dari Film Horor Barat yang Mengedepankan Emosi
Beberapa film horor Barat terkenal seperti Hereditary atau The Babadook telah berhasil menunjukkan pentingnya emosi dalam horor. Film-film ini tidak hanya menampilkan elemen horor, tetapi juga mendalami trauma psikologis dan perasaan tertekan yang dialami karakter-karakternya. Film seperti ini membangun ketakutan yang terasa lebih dekat dan "nyata" bagi penonton, karena horor tersebut berasal dari dalam karakter, bukan hanya dari ancaman eksternal.
Mengambil inspirasi dari film-film ini, industri film horor Indonesia dapat mulai mempertimbangkan aspek emosional yang lebih mendalam, sehingga cerita menjadi lebih menyentuh dan meninggalkan kesan lebih lama bagi penonton.
5. Menggambarkan Latar Sosial dan Konflik Ekonomi yang Relevan
Untuk membuat cerita lebih terhubung dengan realitas, film horor juga bisa memasukkan elemen latar sosial yang relevan, misalnya dengan menunjukkan keluarga yang hidup dalam keterbatasan ekonomi atau perasaan keterasingan. Penonton Indonesia akan lebih mudah menghubungkan diri dengan cerita yang menampilkan tantangan yang mungkin juga mereka alami dalam kehidupan nyata.
Sebagai contoh, menggambarkan sebuah keluarga miskin yang terpaksa tinggal di rumah angker atau situasi ekonomi yang memaksa seorang anak tinggal dengan saudaranya dapat menambah kedalaman cerita. Latar sosial ini tidak hanya akan memberikan alasan lebih kuat untuk tindakan karakter, tetapi juga membuat horor terasa lebih nyata dan berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat.
Kesimpulan: Mengutamakan Karakter dan Emosi untuk Horor yang Lebih Mendalam
Film horor di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi lebih dari sekadar menakutkan. Dengan menguatkan karakter, menggali emosi yang lebih dalam, dan memberikan penonton pemahaman yang lebih baik tentang latar belakang serta motivasi karakter, film horor bisa menjadi pengalaman yang lebih menyentuh dan mendalam.
Bagi para pembuat film, mengingat bahwa ketakutan yang paling dalam sering kali adalah ketakutan yang terhubung dengan emosi adalah kunci untuk membuat film yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga berarti. Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, industri film horor Indonesia dapat menciptakan cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengesankan dan mampu membuat penonton terhubung secara emosional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI