Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saya ingin memberikan opini, pendapat atau bisa juga pengalaman hidup saya kepada anda.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menurunya Angka Pernikahan: Apakah Ekonomi Penyebab Utamanya?

8 November 2024   06:51 Diperbarui: 8 November 2024   07:00 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari:chatgpt.com (AI) 

Dalam beberapa tahun terakhir, angka perkawinan di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Fenomena ini terjadi di berbagai daerah dan lapisan masyarakat. Banyak pihak mulai mempertanyakan alasan di balik kecenderungan ini, terutama mengapa generasi muda sekarang cenderung menunda atau bahkan ragu untuk menikah. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi, masalah ekonomi tampaknya menjadi penyebab utama yang cukup menonjol.

1. Biaya Pernikahan yang Kian Meningkat

Di Indonesia, pernikahan sering kali dianggap sebagai acara besar yang harus diadakan dengan meriah. Mulai dari prosesi adat, sewa gedung, katering, dekorasi, hingga baju pengantin, semua ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tak heran jika sebagian besar orang merasa tertekan oleh tuntutan sosial untuk menggelar pesta pernikahan yang layak dan sesuai ekspektasi keluarga atau lingkungan mereka. Bagi pasangan muda yang baru memulai kehidupan finansial, biaya ini bisa menjadi penghalang besar.

2. Harga Rumah yang Melambung Tinggi

Salah satu kebutuhan utama setelah menikah adalah memiliki tempat tinggal yang layak. Namun, harga rumah di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Untuk sebagian besar masyarakat, terutama di perkotaan, harga rumah sering kali berada di luar jangkauan penghasilan rata-rata. Bahkan, banyak generasi muda yang terpaksa menunda membeli rumah karena harus menabung dalam jangka waktu yang panjang atau memilih kredit yang membutuhkan komitmen bertahun-tahun. Kenaikan harga properti ini jelas menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak pasangan merasa perlu menunda pernikahan.

3. Penghasilan yang Rendah Membatasi Kebutuhan Hidup

Menurut data, penghasilan rata-rata pekerja di Indonesia masih belum cukup tinggi untuk menutupi biaya hidup dan kebutuhan rumah tangga secara memadai. Banyak generasi muda yang bekerja di sektor informal atau sebagai pekerja kontrak, sehingga penghasilan mereka terbatas dan tidak memiliki jaminan stabilitas. Kondisi ini membuat banyak orang cemas untuk mengambil keputusan menikah, karena khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga atau membangun masa depan yang layak bersama pasangan.

4. Fokus pada Karier dan Pendidikan

Bagi generasi sekarang, fokus terhadap pendidikan dan karier menjadi prioritas utama. Mereka menyadari bahwa persaingan kerja semakin ketat, sehingga memperoleh pendidikan yang lebih tinggi atau mengembangkan keterampilan profesional adalah hal yang penting untuk stabilitas ekonomi jangka panjang. Dalam kondisi di mana ekonomi pribadi belum stabil, banyak yang memilih untuk menunda pernikahan sampai merasa cukup mapan secara finansial. Di sisi lain, fokus pada pendidikan dan karier ini juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang pada akhirnya mengurangi alokasi dana untuk pernikahan.

5. Ketidakpastian Ekonomi Menambah Kekhawatiran

Di era globalisasi saat ini, ekonomi menjadi semakin tidak stabil dan terpengaruh oleh berbagai faktor global seperti krisis ekonomi, perubahan harga bahan bakar, dan ketidakpastian pasar kerja. Ketidakpastian ini membuat banyak generasi muda semakin ragu untuk menikah, karena khawatir tentang kemampuan finansial mereka dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Mereka takut mengambil komitmen besar, terutama pernikahan, ketika situasi ekonomi masih belum mendukung.

Apakah Solusi Ekonomi Dapat Mendorong Angka Pernikahan?

Melihat situasi ini, pertanyaan yang muncul adalah: apakah perbaikan ekonomi dapat mendorong angka pernikahan kembali naik? Beberapa ahli berpendapat bahwa jika ada kebijakan ekonomi yang membantu generasi muda untuk lebih mudah mengakses kepemilikan rumah atau mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak, kemungkinan besar angka perkawinan dapat meningkat. Selain itu, memberikan edukasi tentang manajemen keuangan dan membantu pasangan muda merencanakan pernikahan yang lebih sederhana juga bisa menjadi solusi.

Secara keseluruhan, penurunan angka perkawinan di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh perubahan pola pikir generasi muda, tetapi juga oleh tantangan ekonomi yang semakin kompleks. Bagi banyak orang, pernikahan kini bukan lagi sekadar keputusan emosional, tetapi juga harus dipertimbangkan dari segi kemampuan finansial. Tanpa dukungan ekonomi yang kuat, banyak orang merasa lebih realistis untuk menunda pernikahan sampai mereka benar-benar siap secara finansial. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi memang memiliki peran yang sangat besar dalam keputusan pernikahan generasi muda Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun