Di Indonesia kita seringkali mendengar bahwa kesuksesan seseorang, terutama di kalangan tokoh-tokoh Islam, merupakan hasil dari usaha dan kedekatan mereka dengan Allah. Banyak yang beranggapan bahwa kebaikan-kebaikan, seperti rajin beribadah dan bersedekah, bisa saja akan langsung dibalas oleh Allah di dunia. Namun, ada pula yang berkeyakinan bahwa jika seseorang tidak tidak sukses, itu berarti ia kurang dekat dengan Allah atau kurang bertakwa. Meski tidak sepenuhnya salah, pemikiran ini dapat menghambat kemajuan masyarakat, terutama ketika ada anggapan bahwa kerja keras dan usaha intelektual tidak diperlukan.
1. Sikap Mengandalkan Doa Tanpa Usaha
Pemikiran bahwa kesuksesan hanya bergantung pada doa tanpa usaha nyata menciptakan sikap apatis di kalangan masyarakat. Banyak orang menjadi kurang semangat untuk bekerja keras, karena mereka percaya bahwa dengan hanya berdoa, Allah akan memberikan rezeki. Hal ini berlawanan dengan realitas di mana negara-negara maju, seperti negara-negara Barat, terus berinovasi dan berjuang keras untuk mencapai kemajuan. Ketidakpuasan ini dapat berujung pada stagnasi, di mana bangsa Indonesia tertinggal dalam persaingan global.
2. Pandangan Negatif terhadap Dunia
Seringkali kita mendengar bahwa dunia ini hanya sementara dan penuh dengan jebakan yang bisa membuat kita lalai. Pandangan ini dapat membuat banyak orang tidak berambisi untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Ketika orang terlalu fokus pada kehidupan setelah mati dan mengabaikan potensi duniawi, mereka cenderung mengabaikan usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan. Atau dengan kata lain mereka tidak mempedulikan urusan duniawi. Padahal, banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa dunia ini juga merupakan tempat untuk berusaha dan berinovasi. Islam mengajarkan bahwa menikmati hasil dari usaha di dunia ini adalah bagian dari ibadah, asalkan tidak melupakan tujuan akhirat.
3. Mengabaikan Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Ada anggapan di kalangan sebagian masyarakat bahwa ilmu agama lebih penting daripada ilmu pengetahuan lainnya. Tentu saja, ilmu agama memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan seorang Muslim. Namun, menganggap ilmu kedokteran, ekonomi, dan teknologi sebagai tidak penting adalah kesalahan besar. Saat ini, Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti kemiskinan dan ketertinggalan dalam teknologi. Ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Islam justru mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, baik yang berkaitan dengan agama maupun yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kesimpulannya, pemikiran yang menghambat kemajuan bangsa harus ditinjau ulang. Kita perlu mengedepankan semangat kerja keras, menghargai dunia sebagai ladang beramal, dan mengutamakan pengetahuan di segala bidang. Hanya dengan cara ini, kita dapat menciptakan bangsa yang lebih berdaya saing dan sejahtera, sekaligus menjaga nilai-nilai agama yang kita anut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H